Bincang Toleransi di Ambal Warsa Puan Cilacap
Berita Baru, Cilacap – Ambal warsa 1 Tahun Puan Cilacap diselenggarakan secara meriah di Taman Tato Majenang pada Jumat (26/11) pukul 13.00 WIB. Kegiatan itu diisi talkshow dengan pemantik Gustika Jusuf Hatta, Faisal Kamandobat dan Rinda Rachmawati. Acara ini di hadiri oleh sejumlah mahasiswa Cilacap, Muslimat Majenang, komunitas dan juga organisasi kepemudaan.
Dalam sambutannya, founder Puan Cilacap, Rinda Rahmawati mengatakan bahwa adanya Puan Cilacap adalah sebuah bentuk kepedulian dari perempuan Cilacap kepada perempuan, anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Hal itu berangkat dari maraknya kasus yang terjadi di Kabupaten Cilacap. “Maka dari itu puan cilacap memberi ruang yang aman dan nyaman untuk saling sharing dan saling mendukung,” katanya.
Pada acara talkshow yang bertema “Anak Muda Pewaris Toleransi Bukan Kekerasan” terdapat banyak point-point yang harus dipegang teguh oleh setiap manusia agar terjaga keharmonisan dalam masyarakat. Menurut Rinda Rachmawati, toleransi dimaknai sebagai kesalingan, baik itu relasi antara laki-laki dan perempuan, anak dan remaja, serta orangtua dan anak. Dalam agama dan budaya, ia melanjutkan, juga harus bertoleransi.
Gustika Yusuf, pemantik lain menjelaskan, bahwa toleransi antar umat beragama harus dijaga bersama. “Kasus intoleransi, kasus kekerasan jika sudah membaik bukan berarti tidak bisa memburuk, kalo memburuk bukan berarti kita tidak bisa memperbaikinya,” terangnya. Ia menjelaskan toleransi harus dirawat. Menurutnya toleransi itu harus saling mengerti.
Hal berbeda disampaikan oleh Faisal Kamandobat. Ia melihat toleransi dalam konteks kondisi ekologi dan pembagian antar etnis. “Di daerah pegunungan dan daratan rendah itu biasanya orang Jawa dan orang Sunda, diperkotaan dan pelabuhan biasanya orang chines,” terangnya. “Jika dilihat dari ekologi dan etnis, di Cilacap itu tidak terlalu rentan masalah isu intoleransi antara etnis dan agama,” imbuhnya.
Namun jika dilihat dari aspek ekonomi, Faisal melanjitkan, masyarakat yang rentan terhadap konflik adalah di kampung laut. Pasalnya, di kampung laut terdapat satu dusun yang tinggal di Seara Anakan. Laut itu berada diantara Pulau Jawa dan Nusakambangan. Menurutnya di tempat itu terdapat Islam Wahabi, Muhammadiyah, NU, ada agama Nasrani, Katholik dan Protestan.
“Sementara mereka hidup bergantung hanya dari laut yang sangat kecil. Ketika laut ini terus mengalami pendangkalan maka otomatis pendapatannya jadi semakin rendah. Disamping itu status tanah ini status yang tidak memiliki hak tanah. Jadi secara ekonomi itu sangat rentan terjadi konflik. Karena faktor ekonomi sangat menentukan hubungan yang baik atau toleransi antar manusia” ujarnya.
Acara yang di moderatori oleh M. Tegar menimbulkan sebuah pertanyaan “seberapa penting peran anak muda dalam menjaga toleransi?” Menanggapi hal tersebut Gustika Jusuf menjawab bahwa peran anak muda sangat penting. Pemuda saat ini, katanya, bukan mencari jati diri, lebih tepatnya sedang membentuk prinsip-prinsip.
“Pada umur 14 tahun, disitulah mulai membentuk prinsip, maka dari itu orang tua harus memberikan pemahaman sejak dini agar anak tersebut tidak intoleran. Pendidikan seksual yang komprehensif tidak hanya sekedar membahas perubahan-perubahan pada tubuh melainkan tentang nilai-nilai masyarakat” ujarnya.
Faisal Kamandobat ikut angkat suara. Ia menceritakan pengalamannya di pesantren yang multikultur. Ia mengaku mengenal toleransi melalui kesenian. Kebiasaan Faisal membuat patung di gereja dinilai tidak mengganggu agama lain.
“Saya hanya memberikan jasa kepada pelanggan. Anak muda sekarang sudah berbeda dengan orang-orang pada zaman dulu, anak muda sekarang lebih mementingkan toleransi bisa dilihat dari perkawinan campur, dimana orang-orang tidak lagi memperdebatkan persoalan agama, ras dan budaya dan juga yang lainnya.” tambahnya.
Rinda juga menambahkan dengan menerapkan nilai-nilai toleransi dalam menjalin hubungan antar manusia maka menjadi hubungan yang baik tanpa kekerasan. Toleransi memang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Kita sebagai anak muda harus menjaga hubungan yang baik dengan orang lain agar kehidupan bisa berjalan secara harmonis. Dengan Ambal Warsa Puan Cilacap yang ke 1 ini, Rinda juga berharap kedepannya bisa terus berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait mengenai isu-isu perempuan. Dan juga berharap bisa berekspansi ke daerah-daerah lain.