Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Gelar Sekolah Sastra, HISKI Buka Kelas Pertamanya dengan Tema Etnopuitika

Gelar Sekolah Sastra, HISKI Buka Kelas Pertamanya dengan Tema Etnopuitika



Berita Baru, Jakarta – Dalam rangka membuka selebar-lebarnya diskursus kesusasteraan, Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pusat gelar Sekolah Sastra. Kelas pertama dibuka dengan tema Etnopuitika yang diadakan melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal Youtube HISKI dan Tribun Jatim pada Sabtu, (06/01).

Acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Ia menerangkan bahwa Sekolah Sastra digelar sebagai ruang pengembangan diri yang dikemas melalui pemaparan materi narasumber dan diskusi dengan pembahasan beragam teori, metode, dan kajian inovasi dalam bidang kesusastraan.

Gelar Sekolah Sastra, HISKI Buka Kelas Pertamanya dengan Tema Etnopuitika

“Masing-masing topik dirancang dalam dua pertemuan, agar ada pendalaman dan pengendapan dari peserta. Dengan demikian, pertemuan kedua dapat dimanfaatkan sebagai ajang diskusi dan tukar pikiran secara interaktif,” ujarnya.

Novi memaparkan bahwa topik yang pertama kali ini akan mengambil tema Etnopuitika dengan mengundang narasumber, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. (Universitas Negeri Malang) dan moderator Dr. Endah Imawati, M.Pd. (Tribun Network).

“Etnopuitika dalam konteks puisi disinyalir sebagai satu genre sastra tertua, dan ada dalam setiap komunitas etnik dengan beragam bentuk dan nama. Ada ungkapan etnik, estetika etnik, misalnya gaya puisi Jawa, gaya Melayu, dan Banyuwangean. Sebagai kajian sastra, Etnopuitika meneliti teks-teks sastra dengan pendalaman nilai lokalitas dan menggali falsafah lokalnya.

Novi berharap para peserta dan audiens menemukan inspirasi dalam melakukan riset atau penelitian secara lebih seksama terhadap kajian Etnopuitika. “Semoga materi dan paparan narasumber dapat memberikan gambaran secara artikulatif terkait fenomena puisi etnik yang ada dan dihidupi oleh masing-masing daerah,” harapnya.

Masuk pada acara inti, narasumber Djoko Saryono membawakan materi berjudul “Etnopuitika: Dari Konseptualisasi Sampai Metodologi”.

Secara konsep, Djoko menjelaskan bahwa Etnopuitika merupakan bidang interdisipliner/transdisipliner yang melihat dan menjaring mantra budaya lokal yang terbentuk di dalam khazanah sastra lokal, serta dipentaskan di hadapan khalayak umum.

“Dengan begitu, Etnopuitika hendak menyorongkan serat-serat sastra dan budaya yang dipentaskan di tengah masyarakat,” jelasnya.

Djoko juga memaparkan meskipun memiliki wilayah kajian yang sama, yakni ungkap-verbal sastrawi. Namun puitika dan etnopuitika juga memiliki perbedaan yang spesifik.

“Puitika mencatat pengalaman individu yang intensif dan mendalam, oleh sebabnya ia merupakan bagian dari budaya tulis. Sementara itu, Etnopuitika mencatat nilai-nilai luhur yang dirajut oleh filsafat lokal, maka dari itu lebih akrab dengan tradisi lisan,” terangnya.

Paparan dan diskusi selama  120 menit berjalan dengan lancar. Para peserta juga memberikan antusiasme dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada topik terkait kepada narasumber.

Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti oleh kurang lebih 406 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton sebanyak 620 kali di kanal Youtube.

Sebagai informasi, pertemuan kedua Sekolah Sastra dengan topik Etnopuitika akan kembali diadakan pada tanggal 20 Januari 2024.

Gelar Sekolah Sastra, HISKI Buka Kelas Pertamanya dengan Tema Etnopuitika

beras