Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kebangkrutan Kapitalisme Global dan Perlawanan Terhadap Kebijakan Nasional

Kebangkrutan Kapitalisme Global dan Perlawanan Terhadap Kebijakan Nasional




Kebangkrutan Kapitalisme Global dan Perlawanan Terhadap Kebijakan Nasional

Alfian Zainal Ansori

Sekretaris Bidang Gerakan PC PMII Jember


Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) menggiring sistem kapitalisme ke jurang krisis yang dalam. Para penguasa politik dunia tidak memiliki kemampuan dalam mereduksi resesi global yang parah, terlebih pada pasar saham yang ajlok akibat ledakan virus Corona—elit politik justru di tengah pandemi mengambil kebijakan-kebikan kejam. Sementara, Borjuasi memberikan beban kepada kelas pekerja dengan keadaan darurat PHK Massal, sesuai dengan protokol Kesehatan untuk mencegah kerumunan massa.

Kondisi mencekam ini tidak akan menciptakan krisis sosial, ekonomi dan politik tetapi menjadi kesempatan emas dalam periode akhir krisis kepitalis untuk melakukan penghematan. Dimana- mana pemotongan layanan Kesehatan dilakukan dengan kejam, membawa kepemimpinan di situasi paling buruk yang muncul di permukaan. Menjadi trend baru dalam memupuk kebencian yang sangat besar di masyarakat dunia dengan menelisik bahwa pandemi Covid-19 merupakan bencana yang berdampak pada irisan masyarakat paling bawah.

Demikian juga rasisme yang dialami oleh orang Tiongkok, sehingga menciptakan kelompok resisten perundungan (Bully) terhadap orang Asean karena sedang membayangkan corona virus adalah virus Tiongkok. Terdapat toko dan restoran yang membuat tanda bahwa orang Tiongkok tidak boleh masuk. Seorang mahasiswa Jonathan Muk asal Singapura yang emnjadi korban peundungan (Bully) yang dikaitkan dengan penyebaran virus Corona di London, di pusat pembelajaran di London, mereka memukuli Muk di tengah meningkatnya ketakutan terhadap orang asing (Xeophobia) di Inggris dan seluruh di dunia.

Michael Robert dalam It Was The Virus That Did It mengatakan pandemi Corona akan mengungcang ekonomi global lebih buruk dari yang sebelumnya perna terjadi. Namun resesi yang akan terjadi bukanlah disebabkan oleh Corona, melainkan kapitalisme itu sendiri. Pandemi Corona menjadi palu untuk membongkar kapitalisme.

Perang dagang sengit antar Amerika Vs China banyak bursa telah melihat keuntungan mereka pada tahun 2020 musnah. Situasi ekonomi riil berpotensi jauh lebih buruk. Pariwisata adalah faktor utama dalam PDB Global- Maskapai dunia memproyeksikan kerugian sebasar $30 miliar tahun ini akan terus berlanjut. Demikian juga dengan Tiongkok yang merasakan perih akibat efek virus Corona seperti yang dikatakan ketua Federal Reserve AS Jerome Powell “Ekonomi Tiongkok sangat penting dalam ekonomi global sekarang, Ketika ekonomi Tiongkok melambat, kami merasakannya.” Ekonomi Tiongkok berada di urutan kedua setelah AS, dengan produk domestik bruto hampir $14,55 trilliun pada 2019, yang merupakan, 1638% dari ekonomi global. Ekspor global Tiongkok bernilai $2,5 triliun pada tahun 2018, menurut Bank Dunia.

Pada 10 Maret, setelah bertemu dengan eksekutif Goldman Sachs, Bank of Amerika, JP Morgan Chase, Wells Fargo dan Citigroup di Gudung Putih, Trump menawarkan ide memotong pajak untuk mereka sebasar 700 miliar USD. Ini tambahan dari triliunan dollar potongan pajak yang disah pada tahun 2017 disusul oleh pemerintahan Indonesia yang tidak kalah dalam adu kuasa, dimana pengusaha di 12 sektor industri diberikan izin menunda membayar pajak, diperkirakan ada sekitar ada 12 triliun rupiah yang berpengaruh. Jokowi- Ma’ruf juga berencana memberikan subsidi bagi para pemilik maskapai penerbangan. Usulan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi tersebut, menurutnya sudah disetujui oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Afturpun akan diberikan subsidi termasuk perubahan rute penerbangan domestik untuk memudahkan maskapai menguasai rute-rute “Gemuk”. Jika ada yang mengatakan bahwa kalu peruhaan sehat maka buruhnya juga akan sehat, sebaiknya berkaca pada Kopilot Wings Air yang bunuh diri karena terikat kontrak selama 18 tahun kemudian di PHK dan dedenda 7 miliar pada 18 Nopember 2019 lalu.

Klaster perjuangan mencegah penyebaran pandemi Corona tidak terlepas dari perjuangan bahu membahu untuk melawan kebijakan Jokowi-Ma’ruf yang menindas seperti Omnibus Law. Keduanya bagian dari upaya kita untuk membebaskan kelas buruh dan rakyat pekerja dari eksploitasi, penindasan dan penderitaan. Buruh dan rakyat bersatu hentikan proses produksi untuk mencegah penyabaran pandemi Corona dan menggagalkan Omnibus Law.

Maka dimanapun klaster pekerja buruh berkumpul untuk melakukan terhadap perlawanan kapitalisme dan segala bentuknya yang menindas, disitu juga para pemuda dan masyarakat pinggiran terpangil untuk bersama melakukan penolakan. Berasal dari apapun bentuknya, jika itu noda. Maka perlu disucikan dengan satu bentuk kata: Lawan!

beras