Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mengapa Harus Cak Thoriq Lagi?
Syamsudin Nabilah, Alumni Ponpes Annuqayah, Guluk–guluk Sumenep

Mengapa Harus Cak Thoriq Lagi?



Oleh: Syamsudin Nabilah*


TAHUN 2024 Kabupaten Lumajang punya gawe besar, pemilihan kepala daerah. Aromanya sudah tercium lama, meskipun yang muncul dan benar-benar sudah mendapatkan rekom untuk maju sebagai calon bupati hanya Cak Thoriq (CT), Bupati Lumajang periode 2018 –2023. CT sudah mengantongi rekom dari DPP PKB, sementara Bunda Indah direkom oleh DPC Partai Gerindra Lumajang. Sedangkan tokoh lainnya masih belum jelas.

Dalam pilkada Lumajang 2024, aksi dukung mendukung bermunculan dengan beragam bentuk dan cara. Ada yang frontal, biasa-biasa saja, ada juga yang silent. Pendukung yang frontal biasanya tanpa tedeng aling-aling menyampaikan dukungannya. Bahkan terkadang offside menggunakan “politik belah bambu”.

Bagaimana Politik belah bambu? Bambu yang berada di bawah diinjak bambu bagian atas diangkat. Calon lain diserang habis-habisan calon jagoannya disanjung mati-matian. Mereka cenderung ofensif dan agresif, bahkan kebablasan melakukan character assination (pembununan karakter) dan black compaign (kampanye hitam) terhadap sang rival. Golongan pendukung gaya ini lebih sulit diajak berdialog karena terlalu cinta (buta) terhadap calonnya dan cenderung tidak mampu mengendalikan emosi dalam setiap perdebatan menyangkut pilkada.

Sementara  kelompok pendukung yang biasa-biasa saja tidak pernah menjelekkan calon lain, apalagi sampai melakukan gerakan “pembusukan”. Sedangkan yang memberikan dukungan secara diam-diam (silent) tidak banyak tingkah, cenderung pasif. Kalaupun harus melakukan kampanye, kampanyenya hanya bisik-bisik seperti bisik bisik tetangga. Kedua kelompok pendukung terakhir yang disebutkan ini cenderung menggunakan nalar warasnya untuk menentukan pilihannya.

Mengapa Harus Cak Memilih Thoriq Lagi Pada Pilkada 2024? Judul tulisan ini cukup simpel meskipun tidak sesimpel menyelesaikan setiap problem yang muncul di masyarakat saat CT memimpin Lumajang selama 5 tahun karena saking kompleksnya persoalan yang muncul.

Sekedar mengingatkan, Cag-ceg merupakan jargon yang menjadi andalan kampanye CT lima tahun lalu. Dengan slogan ini CT melakukan gerakan cepat dan tepat. Taktis dan praktis. Tidak bertele-tele. Semuanya dilakukan dengan pertimbangan matang dan cepat dalam setiap keputusan yang diambil, meskipun keputusannya terkadang dianggap merugikan dirinya sendiri (tidak populer), kontroversial, dan banyak ditentang oleh pihak yang anti CT, terutama setelah Ia ditetapkan sebagai Bupati Lumajang periode 2018 -2023.

Inilah alasan pertama mengapa CT harus didorong, diperjuangkan, dan didukung untuk menjadi Bupati Lumajang kedua kalinya. CT memilih tidak peduli dirinya tidak populis atas kebijakannya yang kontroversial. Tidak peduli diopinikan dan dinarasikan sebagai bupati yang keras (sebenarnya tegas bukan keras). Padahal, langkah, tindakan, dan kebijakan yang diambil CT merupakan strategi untuk mengurai problematika yang terjadi di Lumajang. Ia harus turun langsung ke TKP (tempat kejadian perkara) agar segera semuanya terselesaikan. Selanjutnya, kepala dinas lah yang menindak lanjuti. Mengingat, Lumajang saat itu perlu penangangan extraodinary, terutama masalah pertambangan, jalan rusak, dan lainnya.

Alasan kedua mengapa harus memilih CT lagi untuk memimpin Lumajang karena CT masih muda dan energik. Pemimpin yang sehat dan kuat itu dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik, baik urusan pribadinya, keluarganya maupun bangsa dan negara. Pun sebaliknya. Rasulullah saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah dari mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).

Alasan ketiga, CT merupakan seorang santri yang dekat dengan para ulama/ kiai dan Insya Allah termasuk santri yang taat beragama. Memilih pemimpin yang taat beragama sangat dianjurkan oleh Islam, bahkan menjadi syarat utama. Begitu pentingnya syarat ini sehingga para ulama sepakat mengatakan, bahwa di antara syarat utama menjadi pemimpin adalah seorang muslim dan taat beragama.

Maka tidak perlu heran dan tidak perlu dinarasikanpencitraan manakala CT sowan ke kiai-kiai dan mendatangi para ulama. Kedekatan dengan ulama/ kiai sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Sowan ke para kiai tidak hanya dilakukan menjelang pilkada. Sebelum pilkada tradisi sowan atau silaturrahmi ke kiai/ ulama sudah CT lakukan. Beda ceritanya bila silaturrohim ke para kiai/ ulama dilakukan oleh calon bupati wakil bupati hanya saat menghadapi pemilu, padahal mereka sebelumnya jarang sowan.

Alasan keempat, CT seorang pemimpin yang mampu menjadi imam dan khatib. Ini kriteria berdasarkan tinjauan sejarah. Sebagai contoh dalam sejarah, setelah wafatnya Rasulullah SAW, para sahabat sepakat mengangkat Abu Bakar RA sebagai pemimpin. Alasannya, selain beliau taat beragama, beliau juga pernah ditunjuk oleh Rasul SAW sebagai imam shalat. Beliau mampun menjadi imam dan khatib.

Disebutkan dalam sebuah hadits dari Ali bin Abi Thalib RA yang berkata, Ketika Nabi wafat, kami berpikir tentang urusan kami ke depan, lalu kami jumpai bahwa Nabi telah mengangkat Abu Bakar sebagai imam shalat kami, akhirnya kami relakan urusan dunia kami, dipimpin oleh seseorang yang diridhai oleh Rasulullah SAW memimpin urusan agama kami. Karena itu, kami utamakan Abu Bakar sebagai pemimpin kami.” (HR. Ibnu Sa’ad dalam at-Thabaqaat al-Kubraa).

Alasan kelima, CT salah seorang pemimpin yang berilmu dan cerdas. Ini kriteria berdasarkan tinjauan intelektual. Jika seorang pemimpin kurang pintar akan mudah ditipu oleh orang jahat untuk kepentingannya. CT menuntaskan pendidikannya hingga gelar doktor. Saat di kampus CT menjadi aktivis mahasiswa, menjadi Ketua BEM, menjadi anggota DPRD Jawa Timur dan terpilih sebagai Bupati Lumajang periode 2018  2024. Artinya, secara keilmuan, kecerdasan, dan pengalaman CT sudah memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin. Sayangnya, meskipun ada anjuran dan ajaran Islam agar memilih pemimpin yang cerdas dan berilmu, masih muncul narasi-narasi apatis bahwa seorang pemimpin tidak perlu yang cerdas. Heran dan terdengar agak lucu, memang.  

Alasan keenam mengapa harus memilih CT lagi sebagai Bupati Lumajang karena program janji politiknya sudah banyak dirasakan oleh rakyat. Contoh, jalan rusak sudah banyak diperbaiki, persalinan gratis untuk ibu-ibu hamil sudah direalisasikan, santunan kematian untuk keluarga duka sudah diwujudkan, adanya seragam sekolah gratis, perjuangan untuk para guru MADIN, guru ngaji, guru non NIP, beasiswa kuliah di perguruan tinggi negeri untuk siswa berprestasi, PAD dari sektor bahan galian c (pasir) naik drastis, adanya jalan khusus untuk angkutan pasir sehingga tidak lagi melewati jalan depan rumah penduduk.

Belum lagi berbagai penghargaan ditorehkan Lumajang dibawah kepemimpinan CT.  Salah satu contoh Lumajang meraih penghargaan inovasi di bidang kesehatan dalam acara Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Innovatioan Awards III Tahun 2019, di Ice BSD City, Tangerang.

Inovasi yang mendapatkan penghargaan adalah Gebrakan Pegelaran aksi Bersama Sekolah Sehat Asri (Pagi Berseri) dari Puskesmas Randuagung yang berhasil memperoleh penghargaan Platinum Award dalam kategori bidangnya Inovasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).

Kemudian masalah stunting, berdasarkan data e-PPGBM, angka stunting di Kabupaten Lumajang menurun secara konsisten. Disebutkan, pada 2020, angka stunting mencapai 10,63 persen, kemudian turun menjadi 6,6 persen pada 2021, 6,3 persen pada 2022, dan mencapai 5,3 persen pada 2023.

Sementara itu, versi SSGI yang digunakan secara nasional juga mencatat penurunan yang positifmeskipun setelah tahun 2023 kembali naik. Pada 2021angka stunting mencapai 34,01 persen, lalu turun menjadi 23,08 persen pada 2022 dan akhir 2023menjadi sekitar 29 persen (infopublik.id).

Di bidang pendidikan, Kabupaten Lumajang terus berupaya memperbaiki kualitas pendidikan masyarakat. Salah satunya melalui Gerakan Membangun Pendidikan Kesetaraan Desa (Gempita Desa) yang pada tahun 2023 berhasil mewisuda 2 ribu warga belajar mulai dari Kejar Paket A, B dan C.Walaupun soal IPM (indeks pembangunan manusia)masih tertinggal dengan kabupaten lain dan menjadi catatan tersendiri untuk dicarikan solusi tahun 2024 bersama CT.

Selain itu, sejak kepemimpinan CT, image Lumajang yang sebelumnya negatif bergeser ke arah positif. Dulunya orang mengenal Lumajang dengan aksi kriminalitasnya perlahan-lahan mulai berubah dan mulai hilang. Sebelumnya muncul image bahwa Lumajang penuh dengan aksi premanisme, maka sejak CT memimpin kota ini image tersebut berubah cukup signifikan. Masyarakat lebih banyak bicara tentang potensi yang dimiliki Lumajang.

Kini, setelah ditinggal CT, berbagai persoalan muncul lagi. Mulai dari masalah pertambangan yang silang sengkarut seperti benang kusut sulit terurai dan diurai, kebijakan dan program prorakyat semasa CT samar-samar mulai hilang/ ditiadakan dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Misalnya seragam gratis bagi siswa siswi, gaji non NIP, santunan kematian bagi keluarga duka, dan kebijakan prorakyat lainnya.  

Jujur harus kita akui, sudah banyak kemajuan dibawah kepemimpinan CT, meskipun ada juga program yang sudah direncanakan secara matang tapi belum bisa dilaksanakan karena berbagai kondisi. Itu lumrah dan bisa diselesaikan untuk periode kedua. Semoga.


Penulis: Alumni Ponpes Annuqayah, Guluk-guluk Sumenep*

beras