Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Menyerang Kota: Pameran Tuntutan Keadilan Tragedi Kanjuruhan 
Sumber Foto: Viva Malang

Menyerang Kota: Pameran Tuntutan Keadilan Tragedi Kanjuruhan 



Berita Baru, Malang – Suara tuntutan keadilan bagi korban Tragedi Kanjuruhan terus menggema di Malang. Kali ini, para seniman menggadakan pameran karya di Gedung Kesenian Malang (DKM) bertema ‘Menyerang Kota’. Pameran ini berlangsung sejak 9 hingga 11 Januari 2023.

Koordinator Pameran Menyerang Kota Dapeng Gembiras mengatakan mayoritas seniman yang ikut pameran adalah anonim atau dirahasiakan identitasnya mereka tidak saling mengenal. 

Seniman mengirim file kemudian panitia yang cetak. Tidak hanya dari warga Malang saja, ada beberapa seniman dari Yogyakarta, Surabaya. Jumlahnya sekitar 20 seniman.

“Awalnya kita mengadakan acara ini dari pelaku-pelaku street art yang bikin poster, mural, grafitti, dan tagging-tagging di jalan. Itu kan menciptakan visual kota, itu yang sebenarnya ingin kita angkat di pameran ini. Dan kegiatan ini tidak akan hanya terfokus di DKM saja, tapi juga ke beberapa titik di jalanan,” kata Dapeng, Rabu, (11/1/2022).

Dapeng mengatakan, bahwa dalam pameran ini juga digelar diskusi tentang tragedi Kanjuruhan sebagai pemantik gerakan sosial. Salah satu pematerinya adalah seniman asal Korea Selatan. Dia akan memberikan gambaran sekaligus perbandingan penanganan Tragedi Kanjuruhan dengan Itaewon. 

“Karena kalau membicarakan itu (tragedi) ada banyak layer-layer yang dibahas. Mulai dari antropologi dan banyak hal yang terjadi di masyarakat,” imbuh Dapeng.

Dalam pameran Menyerang Kota karya yang dipamerkan mayoritas adalah poster, foto, performance art, grafitti, lukisan, dan artwork yang lainnya. Bagi seniman Tragedi Kanjuruhan yang membuat 135 orang meninggal dunia dan 600 lebih suporter terluka hanyalah pematik untuk membuka deretan penindasan yang dialami warga.

Para seniman juga berbicara persoalan sosial yang terjadi di masyarakat. Sehingga tidak hanya seputar sepak bola dan suporter tetapi juga ranah hukum dan penindasan pada masyarakat. 

“Jadi lebih berpikir untuk masuk ke ranah-ranah sosial, sehingga tidak hanya fokus pada masalah sepakbola tapi sudah ke ranah hukum, penindasan, dan lain-lain. Sikap kita menolak penindasan, menolak untuk dibungkam. Ini atas nama orang-orang Malang,” tandas Dapeng.

beras