Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pemakaian Bahasa dalam Perspektif Gender
Bea Anggraini, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Pemakaian Bahasa dalam Perspektif Gender



Oleh: Bea Anggraini*


FUNGSI bahasa mencakup berbagai peran penting dalam kehidupan manusia dan interaksi sosial. Beberapa fungsi utama bahasa  adalah alat untuk berkomunikasi dalam menyampaikan ide, gagasan, informasi, emosi, dan keinginan kepada orang lain; sebagai alat ekspresi identitas diri; sebagai pengatur perilaku sosial dan norma-norma dalam masyarakat; alat untuk mengajar dan mempelajari pengetahuan; sebagai pengembangan dan penyebaran budaya dari generasi kegenerasi; sebagai perekam dan pelestari sejarah, baik secaralisan maupun tertulis; sebagai media berkreasi dan berekspresiseni; sebagai media berkoordinasi dan bekerjasama; sebagai media untuk mempengaruhi dan mempersuasi; sebagai media untuk mengungkapkan pemikiran dan penalaran. Fungsi-fungsi ini menunjukkan betapa pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia secara keseluruhan, baik dalam konteks individu, kelompok, maupun masyarakat secara luas.

Hal ini juga terjadi dalam perspektif gender. Dalam perspektif gender, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk mempertahankan, mereproduksi, atau menantang struktur kekuasaan dan norma-norma sosial yang berkaitan dengan gender. Berikut adalah beberapa fungsi bahasa dalam perspektif gender.

Fungsi pertama sebagai pengkodean identitas gender. Bahasa membantu individu untuk mengartikulasikan dan menyatakan identitas gender mereka. Cara seseorang menggunakan bahasa, termasuk pilihan kata, gaya bicara, intonasi, dan penggunaan bahasa tubuh, dapat mengkomunikasikan aspek-aspek tertentu dari identitas gender mereka kepada orang lain.

Fungsi kedua, bahasa sebagai media untuk mereproduksi stereotip gender. Bahasa dapat memperkuat stereotip gender dengan cara mempromosikan atau mengukuhkan harapan sosial tentang bagaimana pria dan wanita seharusnya berbicara atau bertindak. Contohnya, stereotype bahwa wanita harus lebih sopan atau bahwa pria harus lebih dominan dalam komunikasi.

Fungsi ketiga, bahasa sebagai peneguh kekuasaan gender. Penggunaan bahasa yang berbeda antara gender dapat mencerminkan dan mempertahankan hierarki kekuasaan gender dalam masyarakat. Misalnya, bahasa yang lebih dominan atau lebih formal sering kali dikaitkan dengan penguasaan atau kekuasaan dalam konteks sosial tertentu.

Fungsi keempat, bahasa sebagai pelembutan norma-normagender. Sebaliknya, bahasa juga dapat digunakan untuk menantang atau melunakkan norma-norma gender yang ada. Misalnya, penggunaan bahasa yang inklusif secara gender (seperti penggunaan kata ganti yang netral gender) dapat mempromosikan kesetaraan gender dan kesadaran akan variasi gender.

Fungsi kelima, bahasa sebagai media komunikasi tentang pengalaman gender. Bahasa memungkinkan individu untuk menyampaikan pengalaman mereka tentang gender, termasuk tantangan, diskriminasi, atau pengalaman positif yang berkaitan dengan identitas gender mereka. Ini dapa tmemfasilitasi solidaritas sosial dan dukungan dalam komunitas gender.

Fungsi keenam, bahasa sebagai alat perubahan sosial. Bahasa juga dapat digunakan sebagai alat untuk merancang perubahan sosial terkait dengan isu-isu gender. Misalnya, kampanye bahasa yang disengaja dapat mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap sadar gender dan kesetaraan gender.

Melalui pemahaman terhadap fungsi-fungsi tersebut, studi bahasa dan gender mencoba memaparkan kompleksitas hubungan antara bahasa dan kehidupan sosial, sertabagaimana bahasa berkontribusi terhadap pembentukan identitas, kekuasaan, dan perubahan sosial dalam konteks gender.

Konsep bahasa dan gender memainkan peran penting dalam memahami interaksi sosial dan struktur masyarakat. Terdapatbeberapa poin penting terkait  hubungan antara bahasa dan gender dalam konteks sosial.

Pertama, pemakaian bahasa berdasarkan gender. Dalam banyak masyarakat, terdapat norma-norma sosial yang mengatur bagaimana pria dan wanita seharusnya menggunakan bahasa. Hal ini dapat mencakup penggunaankata-kata, frase, gaya bahasa, intonasi, dan sebagainya. Contohnya, dalam beberapa budaya, pria mungkin cenderung menggunakan bahasa yang lebih kasar atau berorientasi pada topik tertentu, sedangkan wanita mungkin menggunakan bahasa yang lebih sopan atau mengutamakan topik-topik tertentu.

Kedua, persepsi dan stereotip. Sosiolinguistik mempelajari persepsi dan stereotip yang terkait dengan cara pria dan wanita berbicara. Misalnya, stereotip bahwa wanita cenderung lebih sopan dalam bahasa mereka atau bahwa pria lebih suka menggunakan bahasa yang langsung dan tegas.

Ketiga, bahasa sebagai identitas gender. Cara seseorang menggunakan bahasa seringkali merupakan bagian dari identitas gender mereka. Individu mungkin sadar atau tidak sadar mengikuti pola bahasa tertentu yang dianggap sesuai dengan identitas gender mereka.

Keempat, sosialisasi gender. Proses sosialisasi dalam masyarakat memainkan peran besar dalam pembentukan gaya bahasa yang berbeda antara pria dan wanita. Anak-anak diajarkan untuk mengadopsi norma-norma sosial tertentu sehubungan dengan penggunaan bahasa berdasarkan jenis kelamin mereka.

Kelima, pengaruh perubahan sosial. Seiring dengan perubahan sosial, norma-norma seputar bahasa dan gender juga dapat berubah. Misalnya, gerakan kesetaraan gender dapat mempengaruhi cara orang berbicara dan masyarakat mulai menerima variasi dalam cara menggunakan bahasa tanpa mengikuti stereotip gender.

Keenam, linguistik kritis dan kekuasaan. Beberapa pendekatan dalam sosiolinguistik, seperti linguistik kritis, menyoroti bagaimana bahasa digunakan untuk mempertahankan atau menantang hierarki kekuasaan gender dalam masyarakat. Ini dapat mencakup studi tentang bagaimana bahasa mempengaruhi persepsi terhadap gender dan bagaimana penguasaan bahasa dapat memberikan keuntungan atau kerugian dalam konteks sosial dan ekonomi.

Dengan memperhatikan hubungan yang kompleks antara bahasa dan gender, dapat dilihat wawasan yang mendalam tentang bagaimana pola bahasa mencerminkan dan membentuk struktur sosial, termasuk hubungan kekuasaan dan identitas sosial. Melalui pemahaman terhadap fungsi-fungsi ini, dapat dilihat bagaimana bahasa dan gender membuka jendela pada kompleksitas hubungan antara bahasadan kehidupan sosial, serta bagaimana bahasa berkontribusi terhadap pembentukan identitas, kekuasaan, dan perubahan sosial dalam konteks gender.

beras