Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Santai Tapi Kritis Baijuri-Syamsuddin

Santai Tapi Kritis Baijuri-Syamsuddin



Berita Baru, Trenggalek – Pertarungan kualitas intelektual mewarnai debat kandidat putaran kedua calon Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) dan calon Ketua Kopri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur. Bertempat di Kabupaten Trenggalek lima calon ketua PKC dan dua calon ketua Kopri itu diminta untuk menuangkan gagasan dan ide menyangkut Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup. Adu argument itu berlangsung di sesi kedua. Para calon saling bertanya satu sama lain.

Baijuri, calon kandidat nomor urut 1 melempar pernyataan dan pertanyaan kepada M. Syamsuddin Abdillah. Bagi Baijuri, berbicara tentang gerakan, pasti akan dihadapkan dengan persoalan-persoalan kebijakan yang mesti dikritisi. Ia menanyakan pola dan strategi dalam melakukan upaya pengawalan kebijakan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDRT).

Sebab Baijuri menilai bahwa hal itu akan berdampak pada program kerja di setiap daerah berupa Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Mantan Ketua Pengurus Cabang (PC) PMII Jember ini menilai bahwa PKC PMII Jatm sebagai episentrum gerakan dua tahun ke depan harus jelas arahnya.

“Pada dua tahun mendatang itu akan dibawa kepada ruang gerakan yang seperti apa?” kata Baijuri.

Ia merefleksikan bahwa dewasa ini selalu kalah dalam kampanye-kampanye soal perlawanan-perlawanan.”Kita seringkali gagap dan sama sekali tidak canggih dalam merespon sebuah isu.”

Imbaskan isu yang diangkat ke publik seringkali, katanya, tidak dapat menandingi influencer dari pemerintahan yang ada.
“Nah bagaimana cara Syamsuddin dalam hal ini membangun gerakan sehingga menjadi gerakan kolektif kolegial?”

Syamsuddin menilai hal utama yang perlu diperhatikan dalam membangun setiap gerakan yakni optimalisasi kerja organisasi. Ia mengilustrasikan bila diamanahi untuk memipin PKC PMII Jatim, Syamsuddin akan memilik jajaran kepengurusan yang sesuai dengan visi-misinya. Kedua, dirinya tidak akan mengintervensi cabang untuk tidak melakukan advokasi. “Karena itu nyawa kita,” tegas Syamsuddin.

Menurutnya menyoal RTRW Jawa Timur, lebih-lebih di tahun 2025 akan ada pembaruan. Itu sebabnya, kata Syamsuddin, sebelum diputuskan, masing-masing cabang minimal harus mengkaji terkait RTRW di setiap kota/kabupaten. Sehingga kata Syamsuddin akan berkorelasi dengan RTRW Provinsi. Hanya saja, ia menyadari bahwa berbicara provinsi yang susah adalah proyek strategis nasional.

“Ini yang sering mengakibatkan lingkungan-lingkungan menjadi ada perampasan dan sebagainya.” Ia memaparkan strategi yang dilakukan yakni dengan mengadvokasi di wilayah masyarakat. “Masyarakat harus dipahamkan terlebih dahulu, bagaimana menanggapi terkait lingkungan di wilayahnya masing-masing.”

Usai menjawab, pertanyaan balik Syamsuddin lontarkan. Namun sebelum itu ia mencontohkan di wilayah Pantai Utara (Pantura) Lamongan-Gresik. Pelbagai industru berdiri di sepanjang pantura itu. Sebab daerah-daerah tersebut menjadi salah satu penyongkong ibu kota Surabaya yang lebih sering dikenal adalah Gerbangkartosusila.

“Nah pertanyaannya adalah bagaimana nanti ketika PMII Jawa Timur ikut mengawal advokasi di wilayah itu?”
Baijuri menyebukan bahwa ke depan ketika terpilih, ia akan membentuk tim pendampingan advokasi isu strategis. Tim tersebut bertugas pada proses pemfokusan ruang, pembacaan zona dan potensi, dan pemetaan konflik. Di samping itu tim advokasi juga akan membahas sikap PMII dalam mengkritisi sebuah momentum kebijakan yang sama sekali tidak pro terhadap masyarakat.

“Tentu prosesnya harus dimulai, kita harus membaca RTRW, terus kita harus mempelajari mulai RDTR.” Daerah -daerah peruntukan pertambangan itu, Baijuri menegaskan harus dirubah menjadi wilayah sektor perlindungan. Proses pengawalan dan mengkritisi kebijakan pemerintah yang acap mendominasi masyarakat akar rumput.

Strategi kedua yang ia canangkan yakni kampanye-kampanye melewati media sosial dengan membuat wacana tanding. Baijuri sadar bahwa sebuah gerakan itu harus dibangun atas kesadaran setiap individu di kader-kader PMII. Maka mau tidak mau, ia melanjutkan, penanaman ideologi pembasisan berupa Pesantren gerakan kita akan bangun ke depan.

beras