Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bulan Keempat, Hiski Pusat Kembali Gelar Sekolah Sastra dengan Tema Ekokritik Sastra

Bulan Keempat, Hiski Pusat Kembali Gelar Sekolah Sastra dengan Tema Ekokritik Sastra



Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) Pusat kembali gelar Sekolah Sastra dengan mengangkat tema Ekokritik Sastra. Acara digelar Via Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube Hiski dan juga Tribun Network pada Sabtu, (06/04).

Acara dibuka langsung oleh sambutan Ketua Umum Hiski Pusat, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. Novi mengatakan bahwa Ekokritik Sastra tentu merupakan kajian yang menarik, sebuah tantangan penelitian yang erat kaitannya dengan diskursus lingkungan.

“Ekokritik merupakan satu kajian yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Tentu saja hal inj mengarah pada sudut pandang interdisipliner. Tak hanya itu, Ekokritik juga menegaskan keberpihakan pada lingkungan yang direpresentasikam dengan Sastra,” tutur guru besar Umiversitas Negeri Jakarta tersebut.

Novi menambahkan, seperti halnya kajian feminisme, pembicaraan terkait Ekokritik Sastra tak dapat dilepaskan dari gelombang perkembangan dan ragam ekokritik yang ada.

“Melalui paparan singkat ini, semoga forum ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mendalami dan melakukan kajian tentang Ekokritik Sastra,” pungkasnya.

Bulan Keempat, Hiski Pusat Kembali Gelar Sekolah Sastra dengan Tema Ekokritik Sastra

Dimoderatori oleh Dr. Ari Ambarwati M.Pd, acara ini menghadirkan narasumber pakar di bidangnya, yakni Prof. Dr. Wiyatmi, M.Hum. (Universitas Negeri Yogyakarta).

Sebelum masuk pada paparan utama, Wiyatmi memberikan kisi-kisi dan garis besar materi yang akan dibahas pada 2 pertemuan di putatan empat di bulan April ini.

“Pertemun pertama kita hari ini akan membahas tentang pengertian Ekokritik, perkembangan Ekokritik, Ragam Ekokritik. Dan rencana pertemuan kedua, berfokus pada metode kajian ekokritik dan contoh kajian ekokritik,” jelasnya.

Wiyatmi menjelaskan bahwa istilah Ekokritik pertama kali digunakam oleh William Rueckert dalam “Literature and Ecology: An Experiment in Ecocritisism” (1996). Dalam studi tersebut, William menjelaskan bahwa ekokritisisme merupakan penerapan ekologi dan konsep-konsep ekologis dalam pengkajian sastra.

“Fokus ekokritik adalah mengkaji bagaimana alam, lingkungan dengan berbagai masalahnya menjadi bagian integral dalam sastra, bukan semata-mata sebagai latar dan cerita dan suasana. Tetapi juga sebagai pembangun estetika karya sastra,” paparnya.

Dibahas juga gelombang perkembangan Ekokritik dan ragam ekokritik (ekokritik sprititualisme, ekokritik marxism, ekokritik poskolonialisme, ekokritik posmodernisme, dan ekofeminisme).

Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 356 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton sebanyak 400 kali di kanal Youtube.

Sebagai informasi, Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan Hiski Pusat. Seperti pertemuan sebelumnya, Sekolah Sastra dengan tema Ekokritik Sastra akan diadakan dua kali, pertemuan kedua akan dilaksanakan pada 20 April 2024.

Bulan Keempat, Hiski Pusat Kembali Gelar Sekolah Sastra dengan Tema Ekokritik Sastra

beras