Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Dugaan Pelecehan Seksual di Pesantren Lumajang, RMINU Berpesan Hati-hati Pilih Pesantren
Dok. Foto: Istimewa

Dugaan Pelecehan Seksual di Pesantren Lumajang, RMINU Berpesan Hati-hati Pilih Pesantren



Berita Baru, Lumajang – Dugaan pelecehan seksual yang dilakukan pengasuh pondok pesantren di Kabupaten Lumajang terhadap tiga santriwati mendapat respon dari pelbagai pihak. Terungkapnya kasus tersebut berawal dari salah satu korban enggan balik ke pesantren. Ia kemudian menceritakan kepada orang tua.

Warga yang mengetahui kabar itu geram. Dalam video yang tersebar di media sosial tersebut, nampak polisi melakukan pengamanan ketat saat menggiring pria dengan inisial FZ yang disebut pengasuh Pesantren Lembah Arafah saat hendak memasuki mobil.

Hal itu dilakukan karena masyarakat tampak sangat marah dengan melontarkan sorakan, bahkan hendak memukul pria yang dianggap pengasuh pesantren tersebut.

Merespon kejadian itu, KH Dzunnajah, Ketua Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Lumajang berpesan kepada warga agar berhati-hati memilih pesantren. 

“Jika ingin memondokkan putra-putrinya pilihlah pesantren yang sudah benar-benar diakui dan sudah berjalan dengan baik. Sudah jelas kiainya, sudah jelas keilmuannya, dan sudah sangat jelas sanadnya. Dan terpenting adalah wira’i dan berahklak baik,” pesannya saat diwawancarai NU Online Jatim, Jum’at (20/05/2022).

Pesantren yang ada di Desa Curahpetung Kecamatan Kedungjajang Lumajang itu, kata beliau, tidak berada di bawah naungan RMINU Lumajang. Bahkan, ia menyebutkan bahwa pengurus RMINU di kecamatan setempat sudah lama mengajak gabung pesantren yang bersangkutan.

“Namun tidak mau, dan sampai saat ini tidak terdaftar di data emis alias belum punya izin operasional pesantren di Kementerian Agama. Maka, saya katakan pesantren tersebut belum resmi,” tegasnya.

Atas apa yang terjadi, menurutnya turut mencoreng nama baik pesantren, terutama pesantren-pesantren di Lumajang. Dirinya pun berharap hal ini tidak menjadikan masyarakat enggan memondokkan anaknya di pesantren.

“Ini oknum, maka yang perlu dilakukan adalah tidak asal memondokkan anaknya. Jangan tergiur dengan yang gratisan. Hati-hati terutama pesantren yang baru berdiri. Harus benar-benar diteliti, ditanyai tetangga kanan kirinya, bagaimana sosok kiainya, apakah sudah layak menjadi panutan atau belum,” tandasnya.

beras