Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Enam Hari Tak Bisa Kirimkan Susu Sapi, Peternak Sapi Perah Ponorogo Merugi

Enam Hari Tak Bisa Kirimkan Susu Sapi, Peternak Sapi Perah Ponorogo Merugi



Berita Baru, Ponorogo – Sejumlah peternak sapi di Desa Pudak Kulon, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengaku merugi karena terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Diberitakan sebelumnya, 86 sapi di Desa Pudak Kulon, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo dinyatakan suspek PMK. Salah satunya dialami tiga ekor sapi perah milik Ambar Suyanto. Peternak sapi asal Pudak itu mengaku merugi jutaan rupiah.

Sebab, dia tidak bisa mengirimkan susu hasil perahan sapinya ke pihak perusahaan susu lantaran masih dalam tahap pengobatan.

Sapi milik Ambar mengalami gejala PMK sejak Kamis, 26 Mei 2022. Ada tiga sapi kala itu yang memiliki gejala. Gejala yang terlihat yaitu sapi mengeluarkan lendir dari mulut. Selain itu, kuku membengkak dan kaki gemetar.

Sebanyak tiga ekor sapi itu mendapatkan suntikan obat sesuai gejala, antibiotik, dan vitamin sesuai anjuran dokter hewan. “Susu dari sapi yang disuntik antibiotik itu bahaya jika dikonsumsi manusia,” kata laki-laki 48 tahun itu.

Ambar menyampaikan pengobatan tidak hanya dilakukan kepada tiga ekor sapi yang dinyatakan suspek. Pengobatan menyeluruh ke semua sapi di kandangnya, yaitu 24 ekor sapi.

Dampaknya, dia tidak bisa mengirimkan susu sapi selama enam hari ini. Susu sapi baru bisa dikirimkan setelah menunggu selama 14 hari atau setelah kondisi sapi benar-benar pulih.

Tak Ada Penghasilan

Jika dihitung, dia bisa menghasilkan sekitar 180 sampai 200 liter susu dalam sehari. “Semua susu itu terpaksa saya buang ke lubang yang sudah saya buat di samping kandang,” ujarnya.

Harga satu liter susu sapi Rp6.100. Ambar bisa mendapatkan Rp1 juta hingga Rp1,2 juta per hari. Apabila dia tidak bisa mengirimkan susu perah selama 14 hari atau selama masa pengobatan maka Ambar kehilangan pemasukan Rp14 juta hingga Rp16,8 juta.

Selain itu, Ambar juga harus mengeluarkan uang untuk pengobatan sapi sampai sembuh. Jika dihitung satu ekor sapi membutuhkan Rp2 juta untuk pengobatan. “Saya berharap pemerintah mempunyai kebijakan untuk membantu pengobatannya,” kata dia.

Selama ini, Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertahankan) Ponorogo hanya menggratiskan vitamin dan antibiotik. Selebihnya, untuk pengobatan lain memakai swadaya peternak.

“Semoga ada bantuan obat-obatan dan vaksin,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Pudak Kulon, Pudak, Ponorogo, Sujadi Eko Atmojo, mengatakan bahwa ada 86 sapi dari total 3.000 ekor sapi di Pudak Kulon dinyatakan suspek PMK.

Dia membenarkan bahwa banyak peternak sapi Pudak mengeluh tidak memiliki pemasukan. Padahal, mayoritas warga Pudak Kulon bergantung pada penghasilan dari sapi perah.

“Kalau sudah sakit seperti ini tidak bisa kirim susu karena tidak layak konsumsi,” ujar dia.

beras