Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia UNJ Adakan Seminar Soal Industri Kreatif pada Sastra, Seni dan Tradisi

Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia UNJ Adakan Seminar Soal Industri Kreatif pada Sastra, Seni dan Tradisi



Berita Baru, Jakarta — Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia Universitas Negeri Jakarta (UNJ) usai gelar Seminar Dalam Jaringan (SEDARING) yang bertema “Budaya dan Ekonomi Kreatif pada Sastra, Seni, dan Tradisi”, pada Senin (31/08).

Seminar ini menghadirkan pembicara tunggal Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum, guru besar Universitas Negeri Jakarta. Novi mengawali paparan dengan menyampaikan pandangan Howkins (2001) yang menyatakan, bahwa ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep dan sistem baru yang menintensifkan informasi dan kreativitas, dengan mengandalkan ide dan talenta sebagai sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama.

Praktik pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya telah dipraktikannya dalam serangkaian penelitian Novi di Banyuwangi. Dalam pandangan Novi, sastra, seni, dan tradisi berpotensi ditranformasikan menjadi beragam produk industri kreatif. Ia mencontohkan tari gandrung Banyuwangi yang bertransformasi menjadi lukisan, novel, taman, dan tari gambyong menjadi lukisan, fesyen, dan desain uang Rp 5000,00.
Mantra “Jaran Goyang” bertransformasi menjadi tari, lagu, merek kopi, dan desain T-Shirt.

“Pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya menjadi signifikan karena ekonomi yang mengandalkan sumber daya alam akan semakin menipis. Sementara itu, pengembangan industri besar seperti neofordisme yang memerlukan modal besar berpotensi meningkatkan devisa secara signifikan, akan tetapi cenderung tidak menjangkau kesejahteraan masyarakat lapisan bawah,” jelasnya.

Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia UNJ Adakan Seminar Soal Industri Kreatif pada Sastra, Seni dan Tradisi

Pada tingkat makro, Novi sepakat dengan pandangan Farid yang menyatakan bahwa sudah bukan waktunya lagi menganggap seni dan budaya hanya sebagai dekorasi (2016), pendapat itu kemudian dikuatkan oleh Arif Yahya yang menyatakan, bahwa kebudayaan harus memiliki nilai keekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pendukungnya (2018).

“Kedua pandangan tersebut menempatkan kebudayaan berpotensi difungsikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pendukungnya,” tambah Novi, dosen yang pernah mengajar di Universitas Jember itu.

Dalam sambutan pembukaan, Dekan FBS, Liliana Muliastuti, menyampaikan bahwa Webinar ini merupakan perhelatan yang membahagiakan.

“Tema Webinar ini relevan untuk Indonesia yang memiliki keragaman budaya dan keragaman bahasa. Saya berharap kajian mengenai budaya dan ekonomi kreatif tidak berhenti untuk terus menggali dan mengimplementasikan sebagai proses hilirisasi riset yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” harapnya.

Sementara itu, Wakil Dekan 1 FBS, Ifan Iskandar, menyampaikan dasar pertimbangan akademik dan manfaatnya untuk pengembangan penelitian di UNJ.

“Industri kreatif telah berkembang dua puluh tahunan dan memiliki akar budaya yang kuat. Ia berharap tema Webinar ini memantik munculnya penelitian-penelitian baru yang dikembangkan oleh UNJ dan perguruan tinggi lain di Indonesia,” pungkasnya.

beras