Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Jenis dan Filosofi Ketupat Madura

Jenis dan Filosofi Ketupat Madura



Berita Baru, Surabaya – Idul Fitri telah berlalu. Tujuh hari setelah Idul Fitri, masih ada satu tradisi yang tidak pernah ditinggalkan, khususnya bagi masyarakat Madura, yaitu “tellasan katopa” atau Lebaran ketupat, yang dianggap sebagai pelengkap Idul Fitri.

Bagi masyarakat Madura, tellasan katopa’ merupakan tradisi khas kultur budaya yang sudah mendarah daging. Perayaan Idul Fitri akan terasa hambar tanpa merayakan Lebaran kedua kalinya, yaitu tellasan katopa’. Tanpa ketupat ibarat sayur tanpa garam, terasa hambar, tidak ada kemeriahan.

Dalam tradisi masyarakat Madura, terdapat aneka macam bentuk ketupat yang berfilosofi tinggi.

1. Topa’ Bhebeng

Ada macam ketupat yang disebut topa’ bhebeng (ketupat bawang). Jenis ketupat ini berbentuk persegi empat panjang. Ketupat ini dianggap sebagai ketupat penyedap rasa, karena identik dengan sebutan bawang sebagai bumbu dasar dalam berbagai macam masakan.

2. Topa’ Sango

Ada juga topa’’ sango (ketupat bekal). Bentuk ketupat ini hampir sama dengan ketupat bawang, hanya ukurannya lebih pendek. Ketupat ini dianggap sebagai masakan tahan lama yang senantiasa menemani dalam bepergian.

Jenis ketupat ini biasa dibuat sebagai bekal dalam perjalanan, karena tidak cepat basi, normalnya bertahan sampai dua hari atau tiga hari.

3. Topa’ Toju’

Kemudian ada jenis katopa’ toju’ (ketupat duduk). Jenis ketupat ini menjadi ruh moral kebanggaan orang Madura. Mengapa? Ketupat tersebut mendeskripsikan bagaimana orang duduk, a sela (bersila-sopan) dihadapan orang lain. Moral menjadi ujuk tombak masyarakat Madura. Tradisi kental dengan saling asah, asih, dan asuh walaupun masyarakat Madura dikenal dengan masyarakat keras.

Ketupat juga merupakan ungkapan budaya dan merupakan simbol yang di dalamnya terkandung makna dan pesan tentang kebaikan. Sebagai ungkapan budaya, ketupat antara lain memberikan makna dan pesan.

Salah satu maknanya adalah, ketupat terdiri dari beras yang dibungkus janur. Nah, beras itu ternyata adalah simbol nafsu dunia. Sedangkan janur, dalam bahasa Jawa adalah akronim dari jatining nur atau bisa diartikan hati nurani.

Jadi ketupat adalah simbolik dari nafsu dunia yang dapat ditutupi oleh hati nurani. Pesan yang terkandung, kira-kira adalah setiap orang itu harus bisa mengendalikan diri yaitu menutupi nafsu-nafsu dunia dengan hati nurani.

Dalam filosofi Jawa yang lain, kupat berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Tindakan ngaku lepat ini jadi kebiasaan yang sekarang selalu kita lakukan pada tanggal 1 Syawal yaitu bermaaf-maafan dengan keluarga maupun tetangga.

beras