Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Jurnal Arif Kembali Gelar Workshop Bahas Publikasi Menembus Jurnal Terindeks Scopus



Berita Baru, Jakarta – Jurnal Arif FBS Universitas Negeri Jakarta bekerja sama dengan HISKI UNJ kembali selenggarakan pertemuan diskusi tim 9 dengan tajuk Workshop ke-13 “Publikasi Menembus Jurnal Terindeks Scopus” putaran satu pada hari Sabtu, (24/09/2022) via Zoom meeting.

Workshop tersebut sebagai rangkaian kegiatan yang diadakan Jurnal Arif dengan tema yang sama. Workshop diselenggarakan setiap dua minggu.

Dalam pengantarnya, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., sebagai koordinator, mengatakan bahwa sebelumnya telah menghadirkan tiga narasumber untuk menyampaikan masukan sebagai penguatan secara konseptual dan teknis publikasi di jurnal internasional terindeks Scopus.

“Ketiga narasumber dan masukan para kolega peserta workshop ini, kita menjadi semakin akrab dengan publikasi internasional dan menjadikannya mitra akademik kita bersama dan masing-masing,” jelas Novi.

Presentasi Tim 9 menghadirkan 5 pembicara dari empat daerah, yaitu Malang (Dr. Mundi Rahayu M.Hum. dan Dr. Eti Setiawati, M.Pd.), Jakarta (Dr. Miftahulkhairah Anwar, M.Hum.), Banten (Dr. Niknik Mediyawati M.Hum.), dan Semarang (Dra. Hadi Riwayati Utami, M. Hum.). Kali ini pembawa acara dan moderator dirangkap oleh Sudartomo Macaryus, M.Hum.

Flyer Bincang Arif ke-12

Tema yang disajikan beragam. Mundi Rahayu membahas novel Dawuk karya Mahfud Ikhwan dengan fokus pada masalah mobilitas perempuan atau TKI Indonesia.

Mobilitas perempuan migran menjadi jembatan antara kehidupan desa dengan kehidupan kota yang menjadi tempat tujuan migrasi, seperti singapura dan Malaysia.

“Pekerja migran perempuan di luar negeri terjadi karena adanya motif ekonomi, yaitu untuk mendapatkan penghasilan yang layak agar keluarga mengalami peningkatan kualitas hidup,” ujar Mundi.

Selanjutnya disampaikan bahwa pekerja migran menimbulkan berbagai permasalahan lanjutan, seperti kekerasan verbal, fisik, seksual, serta ketegangan akibat memasuki ruang pergaulan multikultural.

Eti Setiyawati membawakan artikel berjudul “Daya Perlokusi Tuturan #MahasiswaBergerak di Media Sosial Twitter (Analisis Pragmatik Siber). Ia menjelaskan bahwa berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam tagar #MahasiswaBergerak, terdapat berbagai bentuk tindak tutur. Akan tetapi, penelitian ini memfokuskan penjabaran pada tindak tutur perlokusi.

“Hal ini didasari dari misi pengujaran di konteks virtual adalah untuk memengaruhi pembaca. Dalam konteks ini tuturan perlokusi digunakan untuk membakar semangat perjuangan mahasiswa yang akan menyuarakan penolakan isu kebijakan pemerintah untuk menunda pemilu,” ungkap Eti.

Dari pembahasan terdapat enam pola perlokusi antara lain, 1) menumbuhkan semangat juang, 2) dukungan moral dengan menumbuhkan sentimen masa lalu, 3) menumbuhkan sentimen terhadap pemerintah, 4) menumbuhkan kegaduhan, 5) Provokasi, dan 6) nasihat.
“Selanjutnya, dari analisis siberpragmatik yang dilakukan juga ditemukan penanda ekstralingual penguat daya perlokusi antara lain, 1) penggunaan tagar, 2) penggunaan emoticon, dan 3) penggunaan gambar atau video,” jelasnya.

Pemateri ketiga, Miftahulkhairah membawakan materi berjudul “The Development of Indonesian Language Creative Products Based on Project Learning”. Disampaikannya bahwa bahasa Indonesia berpotensi sebagai basis pengembangan industri. Hal itu sejalan dengan dua gejala berikut.

Pertama, Indonesia sedang gigih mengembangkan ekonomi kreatif. Kedua, bahasa Indonesia perlu dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan penuturnya.

“Pengembangan ini sekaligus dikaitkan dengan pebelajaran berbasis projek, agar siswa memiliki pengalaman, penghayatan, dan keterampilan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai basis pengembangan industri kreatif,” ujar Khairah.

Pemateri keempat, Ninik, membawakan artikel dengan judul “Karakteristik Jurnalisme Sastrawi dalam Karya Proyek Multatuli sebagai Proses Katarsis: Analisis Isi”.

Dalam paparannya Niknik menyatakan bahwa jurnalisme sastrawi memadukan objektivitas yang menjadi ciri ragam jurnalistik dan subjektivitas yang menjadi ciri sastra.

Penurunan oplah surat kabar akibat teknologi digital menyebabkan jurnalis dan redaktur dipaksa mencari strategi baru agar menarik perhatian pembaca. Satu bentuk jurnalisme yang mulai berkembang kembali adalah jurnalisme naratif.

“Penerapan jurnalisme sastrawi masih minim di Indonesia. Padahal, menggunakan sudut pandang jurnalisme naratif memberi pengalaman immersive dan kenikmatan yang lebih tinggi bagi pembaca yang berujung pada apresiasi audiens yang lebih tinggi,” paparnya.

Niknik mengatakan bahwa sampel penelitian yang menggunakan metode analisis naratif ini adalah feature Project Multatuli karena sejak kemunculannya sudah menunjukkan adanya unsur sastrawi.

Selesai pemaparan dilanjutkan dengan tanya jawab yang berlangsung interaktif. Pertanyaan dan masukan kritis yang disampaikan audiens berpotensi untuk penyempurnaan naskah publikasi. Hingga akhir kegiatan sekitar 47 partisipan penulis dan peserta masih setia menyimak perjalanan “Bincang Arif”.

beras