Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kondisi Perekonomian Indonesia pada Awal Kemerdekaan
Bendera Merah Putih.

Kondisi Perekonomian Indonesia pada Awal Kemerdekaan



Berita Baru, Surabaya – Setelah kita mengalami kemerdekaan, Indonesia sempat menjadi negara yang miskin pasca kemerdekaan. Hal ini dikarenakan negara yang dijajah ratusan tahun telah merdeka dan mulai belajar menata negaranya sendiri. Di artikel ini kita akan belajar bagaimana kondisi perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan secara lengkap.

Kondisi Perekonomian Indonesia di Awal Kemerdekaan

Kondisi mula-mula tidaklah mulus. Lalu kita sempat diblokade oleh Belanda sejak kedatangannya bersama sekutu di Indonesia. Kemudian menteri Keuangan RI, Ir. Surachman, mengeluarkan kebijakan “pinjaman nasional”, dengan target mencapai Rp1.000.000.000 yang akan dibayar kembali dalam 40 tahun.

Pemerintah berhasil mengumpulkan Rp500.000.000. Namun, pada 6 Maret 1946, Belanda mengeluarkan uang NICA untuk menggantikan mata uang Jepang yang terdepresiasi. Namun pemerintah RI merespon dengan menerbitkan mata uang baru, Ocang Repoeblik Indenei (ORI), dan menukarkan mata uang Jepang dengan ORI. Setiap 1000 mata uang Jepang, akan ditukarkan Rp. 1 uang ORI.

Kondisi perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan cukup sangat memprihatinkan, rusak karena perang. Baru kemudian di bulan Februari 1946 pemerintah mulai mengadakan Konferensi Ekonomi pertama. Kemudian lanjut di bulan Mei 1946 untuk konferensi kedua pada 6 Mei 1946 dan menghasilkan beberapa kebijakan.

Pendirian Badan Persediaan dan Pembagian Bahan Makanan (cikal bakal Bulog) dan Perusahaan Perkebunan Negara. Menteri Kemakmuran, dr. A.K. Gani, juga membentuk Planning Board pada 1947 yang mengambil langkah-langkah seperti nasionalisasi bangunan umum milik asing dan perundingan dengan Belanda mengenai perusahaan modal asing.

Warisan Kolonial dan Kondisi Infrastrukturnya

Selama masa kolonial, Belanda menjadikan Indonesia sebagai sumber utama kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alamnya. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh penjajah lebih menekankan pada eksploitasi sumber daya alam seperti minyak, karet, dan timah untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa. Industri di Indonesia hanya dikembangkan sejauh mendukung kepentingan kolonial. Sebagai contoh, industri pengolahan hanya berfungsi untuk memproses bahan mentah sebelum diekspor. Hal ini membuat perekonomian Indonesia kurang diversifikasi, dengan sektor-sektor produktif lainnya, seperti manufaktur, kurang mendapat perhatian.

Perang dunia kedua meninggalkan jejak kerusakan signifikan di seluruh wilaya Indonesia. Infrastruktur vital seperti jembatan, jalan, pelabuhan, dan rel kereta rusak parah akibat pertempuran antara sekutu dan Jepang, serta kemudian antara pejuang kemerdekaan Indonesia dan Belanda. Kerusakan infrastruktur ini bukan hanya menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga menjadi penghalang utama dalam upaya pemulihan ekonomi pasca-kemerdekaan.

Kurangnya Investasi dan Modal yang Terbatas

Pada masa-masa awal kemerdekaan, investasi asing sangat sedikit mengalir ke Indonesia. Ketidakstabilan politik dan gejolak keamanan membuat investor asing enggan menanamkan modalnya. Selain itu, banyak perusahaan dan aset ekonomi yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda atau Jepang kini berada dalam keadaan rusak atau tidak berfungsi. Pemerintah Indonesia sendiri memiliki keterbatasan dana untuk melakukan investasi atau pembiayaan pemulihan.

Dengan negara yang baru lahir dan belum stabil, perekonomian Indonesia menghadapi inflasi yang sangat tinggi. Pendapatan negara sangat terbatas, sementara pengeluaran untuk pemulihan dan pembangunan, serta biaya operasional pemerintah, terus meningkat. Hal ini menyebabkan defisit anggaran yang signifikan dan meningkatnya utang negara.

Upaya Pemulihan

Untuk membangkitkan perekonomian, pemerintah melakukan serangkaian upaya. Aset-aset milik Belanda dinasionalisasi untuk menjadi milik negara dan rakyat Indonesia. Pembangunan infrastruktur dilakukan meskipun dengan keterbatasan dana. Pemerintah juga berupaya menarik investasi asing dengan memberikan insentif dan jaminan keamanan. Kebijakan agraria dan reformasi pertanahan juga diterapkan untuk menghidupkan kembali sektor pertanian.

Ketergantungan pada Ekspor Komoditas

Meskipun berbagai upaya pemulihan telah dilakukan, perekonomian Indonesia tetap bergantung pada ekspor komoditas. Produk-produk seperti karet, kopi, dan minyak menjadi sumber devisa utama. Sayangnya, ketergantungan ini membuat perekonomian Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi harga global. Saat harga komoditas turun di pasar dunia, devisa yang diperoleh negara berkurang drastis, mengakibatkan defisit neraca perdagangan dan tekanan pada nilai tukar mata uang.

Itulah tadi pembahasan kondisi perekonomian Indonesia pada Awal Kemerdekaan. Sangat beruntung sekali kita tinggal di jaman sekarang yang serba ada dan serba mudah. Oleh karena itu, untuk mensyukurinya kita wajib mengisi kemerdekaan dengan hal hal yang memakmurkan rakyat.

beras