Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Korban Perang Israel-Palestina Terus Bertambah, DK PBB Masih Buntu

Korban Perang Israel-Palestina Terus Bertambah, DK PBB Masih Buntu



Berita Baru, Jakarta – Perang Israel-Palestina menjadi salah satu hal mematikan diantara lima perang Gaza. Sejak tanggal 7 sampai 26 Oktober 2023 lalu, perang tersebut sudah mengakibatkan puluhan ribu luka dan ribuan korban jiwa. Total luka kedua belah pihak adalah 25.800 jiwa, serta 8.500 koran meninggal dunia. 

Data tersebut telah dihimpun oleh OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs). Organisasi tersebut bernaung di bawah Kementerian Kesehatan Gaza. Selain itu, data tersebut juga berasal dari keterangan secara resmi pemerintah Negara Israel.

Data Korban Perang Israel-Palestina Terus Bertambah

Selama periode dari tanggal 7 hingga 25 Oktober 2023, konflik antara Israel dan Palestina telah menelan biaya kemanusiaan yang sangat besar. Data menunjukkan bahwa sekitar 8.000 orang telah kehilangan nyawa mereka, dan 24.700 lainnya terluka, di kedua belah pihak. 

Pada hari ke-19 perang, yaitu pada hari Rabu, 25 Oktober 2023, korban jiwa Palestina telah mencapai sekitar empat kali lipat lebih banyak daripada korban jiwa Israel. Selama periode ini, laporan dari OCHA mengindikasikan bahwa skala pemboman dan serangan udara Israel mencapai tingkat intensitas tertinggi sejak eskalasi konflik dimulai, dengan jumlah korban jiwa yang paling tinggi tercatat di wilayah Gaza sejak awal konflik.

Lebih lanjut, dampak Perang Israel-Palestina, OCHA mencatat bahwa mayoritas korban jiwa Palestina terjadi di Jalur Gaza, di mana sekitar 6.547 orang telah kehilangan nyawa mereka, dan 17.439 lainnya terluka. Di wilayah Tepi Barat, jumlah korban jiwa mencapai 102 orang, sementara 1.889 lainnya terluka. 

Sementara itu, korban jiwa Israel mencapai sekitar 1.402 orang, dengan 5.445 orang lainnya terluka. Sejak Senin, 23 Oktober 2023, tidak ada laporan penambahan korban jiwa baru dari pihak Israel.

Pada hari ke-20 perang, yaitu pada Kamis, 26 Oktober 2023, jumlah total korban jiwa Palestina telah meningkat hingga sekitar lima kali lipat lebih banyak daripada korban jiwa Israel.

Selain angka-angka tersebut, OCHA juga melaporkan bahwa sekitar 1.600 warga Palestina di Gaza dilaporkan hilang, termasuk sekitar 900 anak-anak. Mereka yang hilang ini diperkirakan terperangkap di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat konflik.

OCHA juga mencatat bahwa jumlah pengungsi akibat Perang Israel-Palestina di Gaza telah melebihi angka 1,4 juta orang. Sekitar 629 ribu di antaranya tinggal di pos-pos penampungan darurat yang dikelola oleh UNRWA, lembaga khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melayani pengungsi Palestina, sementara sisanya tersebar di berbagai tempat.

Kembali, penting untuk diingat bahwa data ini mencerminkan dampak kemanusiaan yang serius dan tragis dari konflik ini, dan upaya untuk mencapai solusi damai tetap menjadi prioritas utama.

Kebuntuan dan Perdebatan DK PBB

Dalam konteks Perang Israel-Palestina, Dewan Keamanan PBB mengalami kebuntuan dalam mengadopsi resolusi yang akan mengatasi konflik tersebut. Rusia sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, telah mengajukan draf resolusi yang mendorong gencatan senjata. 

Akan tetapi resolusi ini tidak memperoleh dukungan yang cukup karena hanya disetujui oleh 5 dari 15 anggota DK PBB, mereka adalah Tiongkok, Rusia, Gabon, Uni Emirat Arab, dan Mozambik. Sedangkan, 4 anggota DK PBB menolak draf tersebut (Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Prancis). Sementara 6 negara abstain, yakni Brasil, Albania, Ghana, Ekuador, Swiss dan Malta.

Penolakan draft tersebut berdasarkan karena mereka tidak menyatakan jika kelompok Hamas sebagai teroris. Perwakilan AS mengungkapkan jika mereka tidak akan membiarkan Dewan Keamanan PBB secara tidak adil menyalahkan Israel serta memaafkan militan Hamas terhadap kekejaman beberapa dekade.

Kemudian, Amerika Serikat juga mengusulkan draft resolusi dengan inti mendorong untuk menangani krisis kemanusiaan di Kota Gaza. Akan tetapi, draft dari Amerika Serikat itu merupakan resolusi yang mengusulkan “jeda kemanusiaan/jeda perang” tanpa mendorong gencatan senjata penuh. Bahkan, mengakui hak Israel untuk membela diri. Namun, draf resolusi AS ini juga ditolak dengan hak veto oleh Tiongkok dan Rusia.

Hak veto kedua negara, Tiongkok serta Rusia tersebut dilaporkan saat acara publikasi PBB. Tim publikasi mengutarakan jika Rusia maupun Tiongkok menggunakan hak veto terhadap draft resolusi Amerika Serikat. Selain itu, tim publikasi PBB juga mengungkapkan adanya kegagalan Rusia mengusung draft resolusi karena tidak memperoleh dukungan yang cukup.

Kebuntuan ini telah mempersulit Dewan Keamanan PBB dalam merumuskan respons yang komprehensif terhadap krisis Perang Israel-Palestina.

beras