Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Puisi Maskumambang karya WS Rendra

Puisi Maskumambang karya WS Rendra



Puisi – Willibrordus Surendra Broto alias WS Rendra merupakan sastrawan terkenal dari Indonesia. WS Rendra lahir di Solo, pada 7 November 1935. 

Rendra memiliki bakat seni sejak masih muda. Ia memiliki kegemaran menulis puisi, berteater dan menulis skenario drama. 

WS Rendra diberi julukan si “Burung Merak”, penyair yang tak pernah mengecewakan penonton dan selalu mempesona. Seperti merak yang indah ekornya cantik dan menarik perhatian. 

Berikut puisi Maskumambang karya WS Rendra 

Maskumambang

Kabut fajar menyusup dengan perlahan
bunga Bintaro berguguran di halaman perpustakaan
di tepi kolam, di dekat rumpun keladi
aku duduk di atas batu melelehkan air mata.

Cucu-cucuku
zaman macam apa,
peradaban macam apa
yang akan kami wariskan kepada kalian?

Jiwaku menyanyikan lagu maskumambang
kami adalah angkatan pongah
besar pasak dari tiang.

Kami tidak mampu membuat rencana menghadapi masa depan,
karena kami tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa lalu
dan tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa kini
maka rencana masa depan hanyalah spekulasi, keinginan, dan angan-angan.

Cucu-cucuku
negara terlanda gelombang zaman edan
cita-cita kebajikan terhempas batu
lesu dipangku batu
tetapi aku keras bertahan
mendekap akal sehat dan suara jiwa
biarpun tercampak di selokan zaman.

Bangsa kita kini
seperti dadu terperangkap dalam kaleng hutang
yang dikocok-kocok oleh bangsa adikuasa
tanpa kita bisa melawannya
semuanya terjadi atas nama pembangunan
yang mencontoh tatanan pembangunan di zaman penjajahan.

Tatanan kenegaraan dan tatanan hukum
juga mencontoh tatanan penjajahan
menyebabkan rakyat dan hukum hadir tanpa kedaulatan
yang sah berdaulat hanya pemerintah dan partai politik.

O comberan peradaban,
o martabat bangsa yang kini compang-camping
negara gaduh, bangsa rapuh.
Kekuasaan kekerasan meraja lela
Pasar dibakar, kampung dibakar,
gubuk-gubuk gelandangan dibongkar
tanpa ada gantinya
semua atas nama takhayul pembangunan.

Restoran dibakar, toko dibakar, gereja dibakar,
atas nama semangat agama yang berkobar.
Apabila agama menjadi lencana politik
maka erosi agama pasti terjadi
karena politik tidak punya kepala,
tidak punya telinga, tidak punya hati,
politik hanya mengenal kalah dan menang
kawan dan lawan,
peradaban yang dangkal.

Meskipun hidup berbangsa perlu politik,
tetapi politik
tidak boleh menjamah kemerdekaan iman dan akal
di dalam daulat manusia
namun daulat manusia
dalam kewajaran hidup bersama di dunia
harus menjaga daulat hukum alam,
daulat hukum masyarakat
dan daulat hukum akal sehat.

Matahari yang merayap naik dari ufuk timur
telah melampaui pohon dinding
udara yang ramah menyapa tubuhku
menyebarkan bau bawang yang digoreng di dapur
berdengung sepasang kumbang yang bersenggama.

Demikianlah puisi Maskumambang karya WS Rendra. Harapannya bisa bermanfaat dan menginspirasi untuk belajar menulis puisi.

beras