Untuk anakanak Uyghur| Satu Puisi Akhmad Taufiq
DENGARLAH SUARA KAMI
: untuk anakanak Uyghur
langit biru menjadi pucat warnanya
merah jelaga menjadi nafas,
sesak dimanamana
di manakah anakanak kecil itu dapat ditemukan?
ia berlari, sembunyi dalam kesunyian
ketika ayahayah mereka dibawa pergi
entah ke mana?
darah sudah terlanjur mengucur, Tuan
di dahi bekas sujud memerah,
bercampur darah yang mengalir di pelipis,
tak bisa dihentikan
Ini perintah katamu, Tuan
ketika semua telah kau runtuhkan
juga hati kami, yang tak sempat ditinggalkan
runtuh, sebagai bumi yang bergetar
dan langit menangis bersama doadoa kami
yang menetes pada daun kapas
tempat hidup kami disandarkan
di manakah, ayah dan ibu kami Tuan?
Kamp-kamp pelatihan telah kau jadikan penjara
bagi tubuhtubuh kami yang tinggal belulang
lalu, itu menjadi mimpi yang paling ngeri
di sepanjang malam
ketika tubuh itu telah kau hanguskan
jejak hanya menjadi cerita
ketika api dan asap mengepul
bersama jasad yang tak pernah bisa ditemukan
Tuan, kirimkan kepada kami
sebuah kabar yang sedikit menggembirakan
sebuah jasad yang bisa kembali bersama kami
bersama tanah yang telah menyibakkan aroma yang begitu pekat
dalam abad, di mana leluhur kami telah menitahkan
bahwa tanah ini, adalah anugerah Tuhan
tempat kami belajar mengaji, berdoa, dan bersujud sedalamdalamnya
tanah, tempat kami disemayamkan, kembali menghadap kepadaNya
Tidakkah, kami boleh kembali untuk disemayamkan di tanah ini
tanah yang menjadi saksi bagi segala dzikir kami.
pada setiap masjid dan rumah kami
pada setiap daun dan rumput di tanah kami
Tuan, duka tanah ini
adalah duka semesta
semesta kami, semesta kau jua
di manakah masjid-masjid kami Tuan?
yang runtuh, tak mungkin kembali
yang pergi, menjadi hilang
yang hilang, tak bisa dibawa pulang
di manakah mereka Tuan?
Tuan, jerit dan lolong tangis kami bagi segala nestapa
nestapa yang hadir, menjadi duka, menjadi duka
tidakkah kita dapat hidup damai bersama
sebagai Han dan Uyghur
dalam dekapan alam
dan semesta yang sama
Jember-Indonesia, 2019
Dibaca di Taman Budaya Aceh pada 12 Juli 2019
Salam Ukhuwah Insaniah!
Salam Puitika Nusantara!