Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Bulan Ramadan, Penyintas Erupsi Semeru Bosan dan Dilupakan
Dok. Foto: Jawa Pos

Bulan Ramadan, Penyintas Erupsi Semeru Bosan dan Dilupakan



Berita Baru, Lumajang – “Tidak ada aktivitas yang baru. Kami sahur, lanjut aktivitas sendiri-sendiri, sorenya persiapan berbuka. Setelah adzan, ya kami berbuka di tenda masing-masing. Lanjut Tarawih seperti biasa. Tidak ada yang istimewa,” keluh Junaidi, salah seorang penyintas kepada Radar Jember.

Junaidi, hanya satu di antara 100 KK yang bertahan di tenda pengungsian awan panas guguran (APG) Gunung Semeru. Rasa bosan menyelimuti saban hari. Lebih-lebih di Bulan Ramadan. Junaidi bukan tak mau beraktivitas, tetapi ia bingung mau beraktivitas apa. Gak ada kegiatan baru. Sebagian masyarakat kehilangan rumah dan pekerjaan.

Samsul Arifin, lelaki yang dulu bekerja sebagai kuli panggul itu kini hanya bisa beraktivitas di bawah tenda yang panas. Waktu luangnya hanya diisi dengan mengasah jari-jemarinya membuat keset. “Sebenarnya sangat ingin ada kegiatan baru selama Ramadan. Tetapi, mau bagaimana lagi, sampai sekarang juga tidak ada,” ungkapnya.

Empat bulan para penyintas itu merebahkan badan dan tidur di bawah tenda sementara di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro. Bulan Ramadan tahun ini cukup membuat mereka bingung. Pemerintah seolah-olah lepas tangan. Padahal, dulu mereka sangat diperhatikan. Tetapi, kini mereka mulai dilupakan.

Kebosanan yang melanda penyintas menanti kepastian menempati hunian tetap. Namun rasa bosan tanpa kegiatan mulai menggoyahkan pendirian mereka. Beberapa penyintas memilih meninggalkan tenda dan mencari tempat tinggal baru sebelum Ramadan tiba.

Bagi Ian Heriyanto, Koordinator Forum Komunikasi Penyintas Penanggal (FKPP), program Ramadan bagi para penyintas sangat dibutuhkan. Ia menilai hal jtu menjadi sarana refreshing bagi penyintas. Meski pihaknya bersama relawan telah menetapkan beberapa program, dia menilai masih kurang maksimal.

“Sebenarnya permintaan penyintas ini sederhana. Mereka bisa merasakan Ramadan bersama pemerintah. Lebih-lebih mereka bisa kegiatan bersama. Misalnya berbuka bersama Pak Bupati di tenda penyintas,” tuturnya.

Menurutnya, hal itu bisa menjadi booster semangat penyintas. Sebab, sebelumnya mereka disibukkan dengan beragam kegiatan. Baik dari relawan maupun Pemkab Lumajang. Oleh sebab itu, dia berharap perhatian pemkab terhadap penyintas tidak berkurang sedikit pun. “Sekarang mereka (penyintas, Red) seperti dilupakan. Semoga segera ada tindakan,” pungkasnya.

Minta Gelar Program Ramadan 

Pemerintah Kabupaten Lumajang menetapkan status masa transisi darurat ke pemulihan bencana APG Gunung Semeru hingga Juni nanti. Artinya, pemkab masih memiliki tanggung jawab terhadap nasib para penyintas. Khususnya selama bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Tidak bisa dimungkiri, proses pembangunan hunian tetap dan pelengkap di lahan relokasi dipercepat Pemkab Lumajang. Hal itu memang masih menjadi prioritas pemkab dalam penanganan pasca bencana. Meski demikian, para penyintas yang berada di tenda lapangan Penanggal juga tetap dipikirkan.

Koordinator Forum Komunikasi Penyintas Penanggal (FKPP) Ian Heriyanto menjelaskan, proses relokasi memang penting. Namun, kondisi psikologis dan masa depan penyintas juga amat penting. Oleh karena itu, pihaknya berupaya memberikan beragam kegiatan agar penyintas tidak bosan. Namun, respons yang ditunjukkan justru kurang menarik perhatian.

“Program pemberdayaan masih berjalan. Mereka yang telah menerima pelatihan pembuatan keset, konveksi, rajut, maupun buah karya tangan lainnya tetap dilakukan. Sementara aktivitas keagamaan kami serahkan ke pengurus takmir masjid darurat. Tetapi, hal ini masih belum cukup. Karena penyintas ingin sesuatu yang berbeda dari biasanya,” jelasnya.

Ian membeberkan, sejumlah penyintas menginginkan kegiatan meriah menjelang berbuka puasa. Misalnya ada kegiatan bazar UMKM dari instansi pemerintah atau lembaga sosial, pasar takjil murah bagi para penyintas, maupun kegiatan sosial lainnya.

Menurutnya, hal itu bisa menghilangkan perasaan bosan selama tinggal di tenda pengungsian. Oleh karena itu, dia meminta agar Pemkab Lumajang turun tangan secepatnya menyeriusi persoalan ini. Sebab, jika di tenda penyintas dibiarkan tanpa ada kegiatan baru, hal ini bisa menjadi gejolak di kemudian hari.

“Mumpung masih awal Ramadan, kami berharap ada langkah strategis dan nyata dari pemkab. Kalau dibiarkan berlarut-larut, bisa jadi gejolak di pertengahan maupun mendekati Lebaran,” harapnya.

Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Lumajang Nana Indra Wahyuni mengatakan, belum ada program khusus bagi penyintas selama Ramadan. Namun, secepatnya hal itu akan dikoordinasikan.

“Masukan dan saran dari penyintas maupun lainnya akan kami koordinasikan dulu. Tetapi, untuk kebutuhan primer selama di tenda lapangan Penanggal sudah kami cukupi,” katanya.

beras