Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mahasiswa, Moderasi Beragama, dan Narasi Kontra Ekstrimisme

Mahasiswa, Moderasi Beragama, dan Narasi Kontra Ekstrimisme



Oleh: Aldila Mayang Putri Rahayu – Mahasiswi IAIN Ponorogo


Kajian islam di Indonesia hadir secara kronologis dalam konteks ruang dan waktu atas respon sejarah mengenai sejumlah persoalan keagamaan yang dialami masyarakat di negeri ini. Untuk menyikapi sejumlah persoalan tersebut tentunya diperlukan peran dari berbagai kalangan, salah satunya Mahasiswa PTKI. Mahasiswa dalam pendidikan tinggi keagamaan sangat tepat menjadi promotor moderasi beragama. Sejatinya pendidikan tinggi keagamaan menjadi basis tersemainya gagasan kebangsaan, yang mana konstruk pemikiran kritis, gagasan kebangsaan serta penanaman nilai-nilai multikulturalisme menjadi cita-cita dalam mewujudkan agama yang damai, toleran dan cinta kemanusiaan.

Adanya gagasan Islam moderat mencoba melakukan pendekatan kompromi dan berada di tengah- tengah dalam menyikapi sebuah perbedaan, baik perbedaan agama ataupun mazhab. Adapun dalam moderasi beragama ini hadir dengan mengedepankan sikap toleransi, saling menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan pada masing-masing agama sehingga semua dapat menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi yang anarkis. moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama di Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan toleran.

Akan tetapi belakang ini muncul adanya isu-isu ekstrimisme, radikalisasi agama yang mana dalam hal ini islam yang menjadi sorotan dan urgensi moderasi beragama. Bangsa Indonesia perlu bersikap waspada dalam adanya berbagai hoaks, ujaran kebencian, dan khususnya ekstrimisme agama yang berpotensi menimbulkan keresahan sosial dan memecah belah masyarakat.Selain itu, munculnya narasi-narasi mengenai ektremisme ini, merupakan sesuatu hal yang tidak dikehendaki oleh masyarakat yang notabennya adalah mahasiswa. Mengingat, secara ideologi, ekstremisme merupakan ideologi dengan sistem berpikir untuk mencapai sistem politik, sosial dan budaya yang melampaui batas dengan konsekuensi adanya bahaya dan kerusakan bagi individu atau lingkungan.

Bentuk manifestasi ekstremisme yaitu kaum ekstremis cenderung menolak norma umum, berhasrat untuk mennyelesaikan konflik dengan memilih cara ekstrem, cenderung membangkang konsensus bangsa atau umat, tidak menghargai hak asasi manusi (HAM), klaim ideologinya universal, serta bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam hal ini narasi ektremis yaitu rangkaian cerita yang dibuat sedemikian rupa mengacu pada alur cerita umum, untuk memenuhi hasrat mengatasi konflik dengan cara kekerasan, perusakan, hingga teror. Biasanya, kaum ekstremis menyebarkan ideologinya melalui narasi yang disebarluaskan pada media sosial dan tidak bisa dilihat pada tujuannya yang biasa dikenal dengan 3R yaitu resist, rebuke, rebuild.

Faktor kerentanan masyarakat terhadap ekstremisme bisa berdasarkan status sosial ekonomi, perbedaan budaya, rasa kesukuan, dan tingkat keyakinann beragama, serta faktor psikologis. Cara mendeteksi milenial terpapar paham ekstremisme yaitu dengan mengetahui dan paham ideologi orang yang bersangkutan, lalu lihat kehidupan sosial dan tindakan suka menonton, mempromosikan hingga melakukan tindakan kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.

Cara menangkal paham ekstremisme yaitu dengan Menguatkan Moderasi Beragama dan Pengetahuan tentang Narasi kontra- Ekstrimisme. Jelasnya adalah sebagai berikut Pertama terkait penguatan Moderasi Beragama, hal ini menjadi penting karena dalam moderasi bergama mengandung nilai-nilai yang luhur yaitu;

Mahasiswa, Moderasi Beragama, dan Narasi Kontra Ekstrimisme

Selain itu dalam moderasi beragama juga mengandung pesan dasar yang perlu terus diagungkan yaitu:

Mahasiswa, Moderasi Beragama, dan Narasi Kontra Ekstrimisme

Maka dari Moderasi beragama penting untuk lebih dikuatkan.

Kedua tentang perlunya pemahaman narasi kontra ekstrimisme, yaitu karena dengan adanya permasalahan terkait narasi ekstrimisme harus dilawan dengan narasi kontra ekstrimisme,dua kubu yang berlawanan ini apabila dikuatkan salah satu maka salah satunya akan kalah. dengan menanggulangi ekstremisme, radikalisme, dan terorisme tidak cukup hanya dengan langkah politik yang dilakukan pemerintah seluruh elemen negara baik itu masyarakat mahasiswa dan tokoh-tokoh lainnya harus ikut dilibatkan. Seluruh elemen masyarakat  juga harus merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk membangun kontra narasi ekstremisme agar kedamaian dan ketenteraman hidup berbangsa dan bernegara bisa terwujud.

Pun demikian dengan aparat pemerintah. Hendaknya bersikap arif dan bijaksana apabila menyikapi persoalan sensitif yang bisa memicu keresahan publik. Untuk itu perlunya kita mengimplementasikan empat yang memiliki khitah meliputi moderasi (tawassuth), keseimbangan (tawâzun), dan toleransi (tasâmuh). Dengan sikap moderasi ini, umat Islam di Indonesia menjadi model dalam hal kehidupan masyarakat dan negara yang damai serta harmoni antara Islam dan demokrasi.

beras