Merawat Tembang Dolanan dari Pesisir Banyuwangi
Berita Baru, Banyuwangi – Di era digitalisasi dan globalisasi yang terus berkembang, tembang dolanan, warisan budaya tradisional Indonesia, telah menemukan ruang baru untuk bertransformasi dan tetap hidup di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh global.
Tembang dolanan, yang biasanya dinyanyikan oleh anak-anak saat bermain, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, popularitas tembang dolanan sempat meredup seiring dengan perubahan minat dan gaya hidup anak-anak.
Permainan anak atau Dolanan merupakan salah satu bentuk kesenian yang lahir dari naluri alami anak. Bentuk pengimplementasianya menggunakan bahasa, gerak tubuh, bahkan simbol sebagai sarana pembelajaran bahkan nasihat.
Bahkan dolanan pun mengandung filosofi yang kuat dalam pembentukan karakter untuk budi pekerti anak dan identitas lokal. Hal inilah yang memantik dosen PBSI FKIP UNEJ dalam kegiatan eduwisata berbasis digitalisasi tembang dolanan.
Kegiatan pengembangan eduwisata berbasis literasi bahari ini merupakan bagian dari skema program pengabdian pada tahun kedua dari tim keris Sastralis-Inkrea. Pada tahun kedua ini difokuskan pada digitalisasi tembang dolanan anak nelayan Muncar Banyuwangi, setelah tahun pertama difokuskan pada pengembangan media pembelajaran berbasis literasi bahari.
“Skema pengembangan eduwisata berbasis digitalisasi tembang dolanan anak nelayan Muncar ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa proses penyelamatan khazanah budaya anak nelayan ini penting dan memiliki makna edukasi, terutama bagi anak-anak. Tentu, proses digitalisasi tembang dolanan ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada waktu jangka panjang. Oleh karena itu, dokumentasi melalui media digital seperti ini merupakan kerja kebudayaan yang patut diapresiasi untuk siapapun yang mau terlibat di dalamnya,” ujar Akhmad Taufiq, ketua pengabdian Kelompok Riset Sastra, Tradisi Lisan, dan Industri Kreatif (Tralis Inkrea).
Menurut Izzat Ramsi, salah satu aktivis literasi bahari dari Putera Nelayan (Punel) bahwa gerakan literasi bahari ini lahir karena kita punya kegelisahan. Ia mengatakan banyak teman-teman atau anak-anak kampung pesisir Muncar tidak bisa baca. Di samping itu masalah putus sekolah juga banyak.
Kondisi ini direspon oleh teman-teman Rumah Baca Ikan (RBI Muncar) untuk memberikan motivasi, literasi, dan melatih mental anak-anak. Harapannya ke depan semoga makin banyak yang peduli dalam membangun masa depan anak pesisir Muncar.
“Semoga terus bersinergi gerakan literasi ini baik dengan pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan akademisi,” tutur Izzat.
Dalam kesempatan yang sama, Adi Prayogo sebagai Ketua RBI Muncar menjelaskan bahwa salah satunya bentuk dolanan beserta tembangnya yang dimiliki oleh anak pesisir kalimoro – Muncar.
“Sebenarmya banyak ya, tadi hanya beberapa tembang dolanan yang dimainkan yakni, Pos Tapos, Puk Krupuken, Paman Doli, Si Kaya Si miskin. Anak-anak tadi yang ikut ada sekitar 60-an, belum orang tuanya dan masyarakat yang terlibat langsung,” ungkapnya.
Permainan atau dolanan tersebut, Adi melanjutkan, merupakan potensi lokal yang lahir secara alamiah dari anak pesisir Kalimoro Muncar. Anak pesisir Kalimoro Muncar yang identik dengan tempat dolanannya di sebuah tepian pantai/pesisir banyak melahirkan ide-ide dolanan yang sangat kreatif.
Ia mengungkapkan, anak pesisir Kalimoro Muncar setiap harinya selalu bermain di pesisir, bahkan pesisir itu sudah menjadi semacam taman bermain yang indah. Setiap sore menjelang senja, anak Kalimoro tak lepas dari halaman pesisir untuk bermain.
“Maka dari itu, dolanan seperti yang dilakukan oleh Anak Pesisir kalimoro Muncar perlu kita jaga dan rawat keberadaanya,” pungkasnya.
Dengan adanya perubahan ini, tembang dolanan tidak hanya tetap hidup, tetapi juga menemukan kebangkitan baru di era digitalisasi dan globalisasi. Melalui adaptasi kreatif dan pemanfaatan teknologi, tembang dolanan telah berhasil mempertahankan keasliannya sambil beradaptasi dengan tren modern. Fenomena ini membuktikan bahwa budaya tradisional dapat tetap relevan dan berharga di tengah perubahan zaman, mengikuti langkah dengan teknologi dan memanfaatkannya sebagai sarana penyebaran yang luas.
Tembang dolanan adalah harta karun budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam era digital ini, kita dapat menyaksikan perpaduan yang menarik antara warisan budaya tradisional dan teknologi modern, memungkinkan generasi muda untuk merasakan keindahan dan keunikan tembang dolanan dengan cara yang baru dan menarik.