Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pesantren dan Kurikulum Pandemi
Ilustrasi (Foto: Detik.com)

Pesantren dan Kurikulum Pandemi



Kurikulum Pandemi

Lalu bagaimana baiknya sistem pembelajaran di pesantren selama pandemi? Pada dasarnya, tujuan pendidikan adalah untuk memupuk kesadaran kritis siswa dan kehausan dahaga pengetahuan yang diimbangi dengan etika moral. Sehingga lebih jauh, pendidikan mampu menjadi lintasan menuju destinasi humanisme universal yang berpijak pada keadilan, dan spirit memanusiakan manusia. 

Di pesantren, proses mencapai tujuan tersebut tak sebatas ditambahi pelajaran agama, tapi juga perjalanan spiritual dimana kesalehan sosial dapat diruwat secara berjamaah. Yaitu pribadi yang tidak hanya menilai keislaman dari seberapa rajin ibadahnya, tapi bagaimana dapat menebar manfaat bagi sesama. Menjadi umat yang tak hanya fanatik keberagamaan, tapi juga cinta pada keberagaman. Maka, bimbingan secara langsung atau tatap muka lebih utama agar pembelajaran di pesantren tetap efektif. Sebab selain transfer keilmuan, juga memantau kondisi kebatinan santri. 

Berarti metode daring tidak cocok karena tidak dibutuhkan oleh pesantren? Metode daring tetap dibutuhkan oleh santri untuk melatih kemampuannya mengoperasikan komputer dan mengimbangi kemajuan teknologi di luar sana. Sehingga pembelajaran hibrida dapat mengoptimalkan kemampuan dan minat santri. Pembelajaran daring dapat diterapkan misal untuk guru tamu dari luar, webinar, streaming pengajian kitab klasik, visitasi online, dan sebagainya. Jadi, meskipun pandemi membatasi keluar masuk orang luar, santri tetap bisa menimba ilmu dari nara sumber di luar pesantren dengan jalan webinar misalnya.

Anggap saja kita sedang bersekolah dengan kurikulum pandemi yang mengusung konsep problem based learning. Cara pembelajarannya adalah menyusun, menguji coba dan memodifikasi berbagai kemungkinan skenario untuk mengoptimalkan solusi dari berbagai permasalahan yang ada. Dan cara menyelesaikannya, tidak bisa sendiri-sendiri. Tapi saling rangkul dalam semangat kolektivitas solid membentuk kesalehan intelektual. Dan tentu saja tetap mengikuti protokol kesehatan secara ketat, dimana kesehatan dan keamanan menjadi fokus utama. Pembelajaran hanya dapat dilakukan jika semua faktor kesehatan dan keamanan terjamin. Sekali ada santri yang positif, maka ikhtiar penanganan harus dilakukan dengan serius. 

Bukankah fungsi dari pendidikan adalah memupuk karakter antisipatif dan preparatif? Selama pandemi ini, kita dituntut untuk dapat mengerjakan aktifitas seperti sebelumnya namun tetap siaga dengan kemungkinan terburuk. Inilah yang kita pelajari selama krisis, kurikulum pandemi. Jika kolaborasi ini berhasil, kita akan naik kelas menuju tatanan sosial berskala besar. Sebuah tatanan yang muncul sebagai bentuk keberhasilan berbagai adaptasi kebiasaan baru di segala lini. 

Liseh, Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember. 

beras