Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

PMII Lumajang Respons Aksi Pria Tendang Sesajen di Kawasan Erupsi Semeru
Ketua PC PMII Lumajang, Taufiq Hidayatullah. (Dok. Foto: Istimewa)

PMII Lumajang Respons Aksi Pria Tendang Sesajen di Kawasan Erupsi Semeru



Berita Baru, Lumajang – Video seorang pria menendang sesajen di kawasan erupsi Semeru yang viral di Facebook pada Sabtu, (08/01) mendapat banyak respons dari berbagai elemen masyarakat. Tak terkecuali Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lumajang.

Ketua PC PMII Lumajang Taufiq Hidayatullah menilai bahwa tindakan tersebut jelas tidak mencerminkan sikap warga negara yang menjunjung tinggi kebhinekaan. Ia melihat pada prinsipnya setiap orang mempunyai kebebasan dalam berpikir, berkeyakinan, dan beragama dan itu diatur oleh UUD 1945.

“Kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan berdasarkan hukum, dan yang diperlukan untuk melindungi keselamatan, ketertiban, kesehatan, atau moral masyarakat atau hak-hak dan kebebasan mendasar orang lain, dan saya tidak melihat sesuatu yang oleh oknum tersebut dianggap sesajen adalah tindakan melanggar hukum dan mengganggu ketertiban umum,” kata Taufiq saat dimintai keterangan oleh Beritabaru.co, pada Sabtu (08/01).

Ia menambahkan bahwa tindakan oknum itu tidak dapat dibenarkan dengan alasan mengundang murka Allah.

“Kita (kader PMII) sangat meyakini bahwa Allah memiliki sifat rahmat dan ghofur yang sangat luas dan kita juga selalu berharap bahwa setiap ujian yang diberikan adalah bentuk kecintaan Allah kepada kita semua yang menginginkan iman kita terus meningkat naik level,” tambahnya.

Taufiq menjelaskan rahmat dan murka Allah itu murni otoritas sang Kholiq manusia tidak berhak menekan tuhan. Karena wilayah manusia adalah saling mengingatkan bukan menghakimi satu sama lain.

“Sekarang dibalik, jangan-jangan murka Allah datang karena sikap kita yang cenderung mengambil alih wilayah tuhan dan sikap intoleransi, kan bisa saja juga begitu. Wallahu a’lam bissowab,” tuturnya.

Ia menilai syariat islam dalam menyikapi kepercayaan, adat istiadat dan tradisi masyarakat Jawa harus berkaca pada sejarah. Orang yang mengerti sejarah pasti akan berterimakasih kepada para ulama pendahulu khususnya Walisongo yang telah berhasil mengasimilasikan nilai-nilai kesilaman dengan nilai-nilai adat Nusantara. Sehingga keduanya tidak ada pertentangan dan islam dapat diterima sehingga menyebar luas menjadi mayoritas hingga saat ini.

“Dalam PMII, Aswaja dijadikan sebagai Manhajul Fikr (metodologi berfikir) didalamnya memuat banyak prinsip yang salah satunya adalah “Tasamuh”, artinya kita diajari untuk selalu menghormati perbedaan pendapat atau keyakinan orang lain. Bukan dalam kapasitas kita membenarkan keyakinannya, melainkan mengerti bahwa perbedaan itu adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari dan tasamuh disini mengikat sikap kita untuk saling menghargai perbedaan,” jawabnya.

Ia menerangkan, dalam qowaidul fiqhiyah disebutkan bahwa adat atau kebiasaan bisa dijadikan sandaran hukum. Semampang kegiatan tersebut tidak menimbulkan kesyirikan atau mempercayai adanya kekuatan diselain kekuatan Allah bagi kami itu tidak masalah.

“Sebagai masyarakat jawa yang beragama islam, saya pribadi tidak asing dengan tradisi yang demikian. Dan hal tersebut tidak sedikitpun mengurangi kadar keimanan saya kepada Allah. Bagi saya sesuatu yang dianggap sesajen tersebut adalah media bukan keyakinan bahwa sesajen tersebut memiliki kekuatan ghaib. Jadi harus dibedakan. Setiap manusia memiliki caranya sendiri dalam mengekspresikan kecintaannya terhadap tuhan jadi tidak usah dipaksakan sama. Sepertihalnya air yang sering dijadikan media oleh para ulama hal itupun demikian. Ini soal washilah (cara) bukan ghoyah (tujuan) jadi tidak perlu dipersoalkan,” tegasnya.

Mewakili PMII Lumajang, Taufiq menegaskan kepada publik bahwa PMII adalah organisasi yang menjunjung nilai toleransi umat beragama.

“Indonesia ini masyarakat yang majmu’. Dan Lumajang selama ini dikenal dengan kabupaten toleran yang mampu menjaga kerukunan antar umat beragama. Legacy ini mahal dan jangan dirusak. Kita tahu bahwa Lumajang hari ini sedang berduka jadi saya berharap siapapun dapat menjaga ucapan dan sikapnya agar tidak saling menyakiti dan menyinggung yang lain. Kita semua harus fokus bahu membahu recovery pasca erupsi semeru dengan saling mendukung, memberikan semangat untuk kepulihan Lumajang,” ungkapnya.

Terakhir, PMII Lumajang meminta kepada pihak berwajib untuk mencari oknum tersebut dan melakukan pembinaan agar lebih bisa menghargai keyakinan orang lain.

“Karena bagaimanapun insiden di atas telah memicu kemarahan publik dan telah menyinggung banyak pihak. Harapannya oknum tersebut dapat lebih menjaga sikap terlebih disaat kondisi Lumajang sedang berduka,” harapnya.

Berdasarkan penelusuran Beritabaru.co, lokasi kejadian tersebut berada di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

beras