Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Rumah Kebangsaan Jawa Timur: 2024 dan Klaim Potensi Anak Muda
Talkshow Politik #1 “2024 dan Klaim Potensi Anak Muda”.

Rumah Kebangsaan Jawa Timur: 2024 dan Klaim Potensi Anak Muda



Berita Baru, Surabaya – Rumah Kebangsaan Jawa Timur menggelar dialog dengan judul “Talkshow Politik #1 – 2024 dan Klaim Potensi Anak Muda” pada Sabtu (14/01/2023) di Rumah Kebangsaan Jawa Timur, Jl. Jemursari VI No. 1 Kota Surabaya.

Acara yang digelar secara live di Beritabaru.co ini mendatangkan empat pemantik diskusi yaitu Ketua Bidang Kepemudaan PKS Jawa Timur Dian Heri Setiawan, Valentinus Boro Beda Casey Politisi Partai NasDem Jawa Timur, Singgih Manggalou Pengamat Politik UPN Veteran Jawa Timur, dan Santi Fauziah Politisi PPP Jawa Timur serta dipandu oleh Host Fadil.

Tujuan adanya acara ini adalah untuk memperluas wawasan politik untuk kaum milenial dan gen z yang menjadi penyumbang hak suara paling banyak pada Pemilu pada 14 Februari 2024 mendatang.

Kegiatan ini juga untuk menjawab tantangan zaman dan budaya bahwa kaum milenial dan gen z cenderung apatis dan kurang partisipasi politiknya. Hal ini disebabkan karena banyaknya catatan merah yang datang dari partai politik sehingga elektabilitasnya menurun. Padahal, hal tersebut tidak dapat dinilai secara hitam dan putih saja.

Santi Fauziah mengatakan, berdasarkan survei Center of Strategic and International Studies (CSIS) terdapat 85,9 persen responden memilih pada Pemilu tahun 2014, dan tahun 2019 angka responden naik hingga 91,3 persen yang terdiri dari usia 17 hingga 30 tahun. Politisi PPP itu berharap bahwa kehadiran pemuda dalam pesta Pemilu 2024 ini diharapkan akan melebihi dari 2 periode sebelumnya.

Dian Heri Setiawan mengatakan tentang apatisme pemuda tentang dunia politik. Ketua Bidang Kepemudaan PKS Jawa Timur itu menilai bahwa sebenarnya secara partisipasi anak muda itu tinggi. 

“Tapi saat mereka diminta untuk terlibat aktif di politik itu sepertinya secara riset mengenaskan, karena datanya hanya tiga koma sekian persen, anak muda yang mau ikut terlibat di politik,” ungkapnya.

Dian juga mengungkapkan, untuk mengembalikan kepercayaan pemuda pada politik adalah tidak menjadikan mereka sebagai objek politik yang hanya dibutuhkan pada Pemilu saja. Namun mereka patut menjadi subjek politik dengan melakukan politik pemberdayaan.

Menanggapi ungkapan Dian, Valentinus berpendapat bahwa pemuda sebagai subjek politik adalah ikut terlibat aktif dalam giat-giat perpolitikan yang disenadakan dengan perkembangan zaman dan teknologi. 

Politisi partai NasDem itu juga mengatakan bahwa pemuda tidak hanya menonton tetapi juga masuk dan ikut menentukan kebijakan.

“Kita mengajak sebanyak-banyaknya anak muda untuk terlibat aktif di dalam politik praktis, karena apa, hari ini kawan-kawan semua, kita ketahui bahwa kemajuan zaman ini memaksa kita, memaksa anak-anak muda ini untuk kemudian lebih dekat dengan masyarakat dengan mudah,” ungkapnya.

Sementara itu, Singgih Manggalou mengungkapkan ada 15% kaum milenial yang ingin mengisi posisi jabatan publik. Namun, keinginan untuk berpartai angkanya sangat minim yakni sekitar 1%.

Di kondisi hari ini, banyak anak muda yang tidak tertarik terlibat dalam partai politik. Bukan tanpa sebab, Singgih menilai isu-isu korupsi dan perebutan kekuasaan bagi anak muda merupakan cara yang jelek. 

“Temen-temen milenial ini tidak suka dengan itu, tidak suka dengan cara merebut kekuasaan yang memakai cara, trik dan sebagainya meskipun dalam dunia politik itu hanyalah game saja buat kita. Tetapi pada masyarakat umum, bagi masyarakat milenial apalagi yang belum berorganisasi, ini melihatnya sebagai sebuah hal yang jelek,” ungkapnya.

beras