Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Sajak (Cinta) di Atas Sajadah: Separuh Doa Tentang Diriku, Separuh Lainnya Tentang Dirimu

Sajak (Cinta) di Atas Sajadah: Separuh Doa Tentang Diriku, Separuh Lainnya Tentang Dirimu



Sajak (Cinta) di Atas Sajadah: Separuh Doa Tentang Diriku, Separuh Lainnya Tentang Dirimu

Baru saja aku terbangun dari lelap tidurku. 
Aku tatap langit dari jendela
Bulan menjelma koin perak di dalam bejana: terang memenuhi jagad
Bintang-bintang berhamburan memenuhi tubuh malam yang kedinginan.

Angin membawa wangian tubuhnya
Harum misik yang dicuri dari halaman Firdaus: merebahkan sari-sarinya di antara jendela dan tirai yang melambai-lambai.

Kubasuh mukaku dengan air yang menyembur dari celah dinding malam: bangunan tua tempat do'a para pecinta diletakkan:
Air berkah yang disenangi seribu malaikat penjaga petang
Di antaranya, aku melihat jibril dan Ridwan berbincang di depan gerbang Darussalam, sayup-sayup suara mereka terdengar di kendang telinga
Jibril melontarkan tanya "Ridwan, lihatlah pemuda yang baru saja terjaga dari lelapnya, menurutmu apa gerangan yang hendak ia lakukan?"
Ridwan, malaikat berjubah seribu kembang Zunaira itu berujar "Entah lah, mungkin akan menemui Sang Wadhud"

Begitulah sekilas suara mereka

Kugelar Sajadah di teras Mihrabku
Bulu-bulu halus ujungnya menembus jarak hingga Jazirah Arab: bumi suci, tempat Hajar Aswad diletekkan oleh Ibrahim: Ayah seorang Ismail; pemuda yang dari tumitnya menyembur mata air zamzam, sebuah lambang kesuburan di tanah para Nabi.

Malam semakin menua
Langit berkubah jingga: kelap-kelip cahaya bintang mulai ranum di mata

Sejengkal jarak antara pegunungan dan rembulan mulai nampak di ujung kubah langit
Mendesir lirih angin: tergoyang ilalang dan pepohonan poplar yang gelap.

Kulantukan sebuah do'a:
Do'a dari seorang Khédir penguasa Nill dan Samudera
Tiada lain agar keselamatan dan keberkahan terlimpahkan padaku.

Separuh do'a tentang diriku
Separuh do'a lainnya tentang dirimu, kekasihku.

Kekasih tempat hati berpulang menuai rindu tanpa temu
Ah, kekasihku!
Zahratunnisa: perempuan cantik bagai bungah Zahrah: Wangian memenuhi ruang dadaku: tempat kau dahulu bertamu meninggalkan senyum di atas canang persembahan. Kuteguk sari madu darimu itu, Nanar aku jatuh lunglai oleh cinta buta rupa.

Kusebut namamu di sepertiga malam.
Terlontar begitu kerasnya: menghardik arsy
dari balik tulang rusukku.
Mendengarnya, Hud-hud Sulaiman terperanjat dari ranting Arai terbang memanggil-manggil nama tuannya "Sulaiman, tuanku! Suaramu kah itu
Kenapa suara hatimu begitu nestapa, Tuanku! Apakah Balqis berkhinat atasmu?, Sulaiman, Sulaiman, Tuanku! Kau kah itu?"

Hud-hud memecah langit Teheran. Terbang lepas di atas luasnya Gurun Kavir-e Namak.
Di antara pecahan bunyi pasir yang bersembunyi di balik petang ia terus memanggil nama tuannya. Sebentar jeda menahan suara, ingin memastikan sebuah doa yang di dengarnya, doa dikira suara Tuannya!
"Sulaiman, Tuanku" ia terus begitu mengintari gurun di bawah langit seribu satu malam itu.

Kekasihku, begitu fasih bibirku menyebut namamu
Nama yang tak pernah ragu diucapkannya
Disembahkan pada tuannya rupa perempuan dibalik nama itu.

Az-Zahra, NAMAMU kekasihku!
Bidadari Sorga terlahir dan hidup di bumi: berbaur dengan manusia yang penuh dosa, seperti Aku.

Tapi!

Kekasihku,  kubasuh hatiku dengan darah Isa dan air mata Ya'Qub
Agar ia berani menyintaimu tanpa ragu.
Agar ia suci menyintaimu tanpa nafsu
Ketulusan adalah gagang pedangku
Kasih sayang adalah mata pedangku

Kekasihku, dengarlah di waktu malam yang senyap
Ketika angin lirih
Pepohonan tiada menderu
Lautan tenang dalam diamnya
Kapal-kapal rebah dalam tidurnya
Manusia-manusia lelap dalam mimpinya
Dengar lah kekasihku!
Ronta suara dari balik tulang rusukku: memanggil-manggil namamu.

Suara yang mengantarkan Jibril dengan ridwan pada sebuah percakapan
Suara yang membangunkan Hud-hud lalu terbang sempoyongan mencari tuannya

Jika hatimu bening sebagaimana dahulu kau terlempar dari Ma'wa, maka kau akan mendengar suara hati itu
Tanpa penghalang
Setipis kerudung Aisyah pun tak ada

Suara dari sebuah mahabbah agung
Disebutnya namamu di antara kalimat Qur'ani

‎يَٓأَبَتِ اِنِّي رَ أَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْ كَباً وَ ا لشَّمْسَ وَا لْقَمَرَ رّأَ يْتُھُ�

"...Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, Matahari dan Bulan; kulihat semuanya bersujud...kepadaku"

Kekasihku, tidak kah kau ingin mendengarnya?
Suaraku
Melafalkan namamu di antara kalimat qur'ani
Di saksikan ribuan malaikat
Dan para nabi.

Kekasih, tidak kah kau ingin melihat:
Nabi Adam di langit pertama
Nabi Yahya di langit kedua
Nabi Yusuf di langit ketiga
Nabi Idris di langit keempat
Nabi Harun di langit kelima
Nabi Musa di langit keenam
Nabi Ibrahim di langit ketujuh; pongah.
Terheran-heran, bukan kah hanya seorang Muhammad Rasul paling sempurna di antara 24 lainnya yang bisa menembus lapisan langit dengan begitu cepatnya. Mengendarai Burroqh, membelah langit di malam bersejarah: Isra' mi'raj? Tanya mereka masing-masing.

Nabi Adam terheran dan berujar
"Masih ada kisah cinta anak cucuku yang melebihi penderitaanku dengan Hawa"

Nabi Isa akan berkata
"Masih ada penderitaan seseorang ummat Muhammad yang melebihi penderitaan hidupku"

Nabi Yusuf akan tersenyum
Di hatinya ia tidak bisa menahan kata:
"Kisahku, tersebut dalam do'a anak manusia dari ummat nabi terakhir: kisah yang melampaui diriku dengan Zulaikha"

Nabi Idris penuh dengan gelak dan tawa "Ya Tuhan, betapa aku dahulu tidak mengalami rasa seperti yang dialami si Pendo'a ini. Ikhwal yang lebih agung daripada pengetahuan"

Nabi Harun, melihatnya dengan muka yang datar tapi hatinya penuh gejolak "Ya Tuhan, ternyata ada kawan yang lebih setia bagi manusia daripada manusia itu sendiri, Cinta"

Di langit ke enam, Musa akan terpongah dan merasa rendah diri dihadapan Tuhannya " Tuhan, dirimu sungguh dzat yang maha kuasa. Kau tunjukkan padaku dari anak-anak manusia ummat Muhammad; bahwa ada kekuatan yang lebih kuat daripada kepalan tanganku. Karenanya manusia bisa berdiri kokoh oleh kekuatan itu, Cinta"

Di langit ke tujuh, langit terakhir, 
Seorang Manusia bijaksana: bapak dari para Nabi setelahnya, berujar "ada banyak cara Tuhan menguji manusia. Dan,  apa yang aku saksikan ini adalah pengorbanan yang lebih berat daripada pengorbananku untuk membuktikan kepatuhanku padaMU, tuhanku"
 
Kekasih, do'a dariku tiba di sana
Mengantarkan namamu
Bersemayam di dalam kalimat Qur'ani.
Sebuah tempat bagi Muhammad, dahulu, melangsungkan dialog dengan Dzat Al-Awadhut: سِد رَةُ لْمُنْتَھَ

Kekasihku, Tibalah do'aku di pangkuan  Al-Kholik. 
Maha menyipta atas segala cipta

Telah kuserahkan kegilaanku padanya.
Gila yang sebenarnya.

Kekasih, sungguh tiada hal yang lebih berat daripada mencintai
Lihat lah diriku, di ambang nanar.
Diperbudak kebesaran cinta dan tidak akan pernah merdeka karenanya. 

Musuhku adalah rindu
Adalah ingin
Adalah tapi
Adalah meski
Adalah diriku sendiri.

Malang, 04 April-2018

beras