Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Begini Hukum Membeli Baju Baru Lebaran
(Foto: Dok. RiaMiranda)

Begini Hukum Membeli Baju Baru Lebaran



Kolom – Membeli baju baru saat lebaran tiba bukan sekadar menjadi tradisi, tetapi menjadi semacam gaya hidup yang eman untuk dilewatkan. Entah kapan dan bagaimana asal mula hari raya Idul Fitri dianggap sebagai suatu bentuk keharusan untuk membeli baju baru lebih-lebih untuk anak-anak, kadang untuk keseragaman sekeluarga (dresscode).

Pasar dan toko pakaian kerap dipadati masyarakat menjelang lebaran. Keharusan seperti ini kerap kali membuat pening masyarakat kecil setiap menjelang hari raya, apalagi masyarakat yang memiliki banyak anak yang masih kecil.

Hari raya Idul Fitri memang merupakan hari besar di mana Allah SWT membukakan ampunan dan rahmat-Nya untuk para hamba-Nya. Itu sebabnya kebahagiaan ini patut disambut dengan lahir dan batin yang baik. Dari sini kita lalu–selain menyucikan batin di hari raya–dianjurkan untuk membersihkan tubuh dari kotoran dan aroma tidak sedap, mengenakan pakaian yang bagus, dan mengenakan wewangian.

Lantas bagaimana sebenarnya hukum pakaian baru dan dresscode di hari lebaran?

Lazimnya memang wajar membeli pakaian baru setahun sekali mengingat pakaian yang sudah ada sudah tidak lagi muat karena tubuh anak-anak kecil terus tumbuh besar. Kemungkinan lainnya, kebetulan pakaian yang sudah ada sudah terlalu pudar warnanya atau rusak kerahnya lalu mengambil kesempatan Idul Fitri untuk menggantinya dengan yang baru.

Tetapi adakah keharusan dalam agama untuk mengenakan pakaian baru dan dresscode lebaran? Dilansir dari NU Online, Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, dalam kitam Busyral Karim, juz II, halaman 353, menerangkan,

‎والتطيب والتزين بما مر في الجمعة إلا أن هنا يسن له أن يلبس أحسن ثيابه ولو غير بياض وعند التساوي البياض أولى، وفارق الجمعة بأن المراد هنا إظهار النعم وهو بالأعلى أولى وفي الجمعة إظهار الكمال وهو البياض أعلى وإلا أنه يسن الغسل والتزين والتطيب للقاعد أي لمن لم يرد الخروج لصلاة العيد والخارج لها

Artinya, “Seseorang dianjurkan mengenakan wewangian dan berhias sebagaimana keterangan telah lalu pada bab Jumat. Tetapi di sini seseorang dianjurkan mengenakan pakaian terbaiknya meskipun bukan warna putih. Tetapi ketika pakaian putih dan bukan berwarna putih sama baiknya, maka mengenakan pakaian putih lebih utama di hari Id. Hari Id berbeda dengan hari Jumat. Maksud hari Id adalah menampakkan nikmat Allah. Karenanya mengenakan pakaian terbaik itu lebih utama. Sedangkan tujuan hari Jumat adalah menampakkan kesempurnaan karena itu mengenakan pakaian putih itu yang terbaik. Tetapi orang yang duduk (tidak keluar rumah untuk sembahyang Id) dan orang yang keluar menuju sembahyang Id juga dianjurkan untuk mandi, berhias, dan mengenakan wewangian,”

Dari penjelasan ini, kita menyimpulkan bahwa agama sendiri hanya menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaiknya di hari raya Idul Fitri, bukan pakaian baru, apalagi seragam sekeluarga (dresscode).

Pakaian terbaik juga tidak selalu mesti berwarna putih. Anjuran mengenakan pakaian putih berlaku di hari Jumat. Lain soal kalau pakaian putih adalah pakaian terbaiknya dari semua pakaian yang dimilikinya ketika hari raya. Perihal keinginan masyarakat untuk mengenakan pakaian baru atau dresscode di hari raya, hal itu boleh-boleh saja sejauh tidak memberatkan yang bersangkutan.

Kalau pun tidak membeli pakaian baru, kita tidak perlu berkecil hati. Kita dapat memakai pakaian terbaik kita yang ada di almari karena agama Islam sendiri tidak mengharuskan umatnya untuk mengenakan pakaian baru apalagi dresscode di hari raya.

Sebaiknya kita memanfaatkan hari raya Idul Fitri untuk memperbaiki batin kita semaksimal mungkin, membuka pintu maaf bagi banyak orang, dan memohon maaf kepada mereka yang pernah kita aniaya, dan memperbanyak istighfar untuk memohon ampunan dan rahmat Allah.

beras