
HISKI Gelar Audiensi dengan Menteri Kebudayaan RI Bahas Masa Depan Kesusastraan Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) menggelar audiensi dengan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., Rabu, (19/02/2025). Pertemuan ini bertujuan membahas peran kesusastraan dalam kebijakan kebudayaan nasional serta strategi pengembangan sastra di Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., beserta jajaran pengurus HISKI Pusat periode 2023−2027. Beberapa pengurus yang hadir adalah Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum. (Univet), Dr. Sasti Sunarti, M.Hum. (BRIN), Dr. Dharma Satrya HD, M.A. (BRIN), Dr. Venus Khasanah, M.Pd. (UNJ), Sudartomo Macaryus, M.Hum. (UST-UTY), Syaiful Bahri Lubis, M.A. (Badan Bahasa), Ade Mulyana, M.Pd. (BRIN), Dr. Bese Darmawati, M.Pd. (BRIN), Dr. Siti Gomo Attas, M.Hum. (UNJ), Ahmad Supena, M.A. (Banten), dan M. Natsir Amir, M.Pd. (UNJ).

Dalam audiensi ini, HISKI dan Kementerian Kebudayaan RI membahas berbagai isu strategis, termasuk peran sastra dalam pendidikan, kebijakan pelindungan sastra, serta upaya memperkuat literasi di kalangan generasi muda.
Prof. Novi Anoegrajekti menekankan peran dan dukungan pemerintah dalam pengembangan sastra sebagai bagian dari identitas budaya nasional.
“Audiensi ini menjadi langkah awal kolaborasi antara HISKI dengan Kementerian Kebudayaan dalam membangun ekosistem sastra yang lebih kuat di Indonesia,” ungkapnya.

Selanjutnya Prof Novi Anoegrajekti menyampaikan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2024 dan yang diprogramkan tahun 2025.
“Untuk tahun 2025 lebih difokuskan pada pengembangan kerja sama yang memperkuat realisasi UU No. 5/ 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Melalui kerja sama berpotensi memunculkan kegiatan-kegiatan baru yang dapat dikolaborasikan dengan para mitra HISKI,” harapnya.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan RI, Dr. H. Fadli Zon, menyatakan komitmennya untuk memperkuat peran sastra dalam kebijakan kebudayaan serta mendorong lebih banyak program yang mendukung penulis dan akademisi di bidang kesusastraan.
“Indonesia memiliki sastrawan-sastrawan besar dengan karya yang berkualitas, namun belum mendapat penghargaan. Penghargaan baru diberikan kepada maestro seni,” jelasnya.
Oleh karena itu, ke depan merancang pemberian penghargaan untuk sastrawan. Di Eropa dan Amerika, sastrawan telah mendapat perhatian dari masyarakat akademis dan pemerintah.
“Sastrawan-sastrawan besar di Rusia, Inggris, dan Amerika menjadi museum dan destinasi wisata budaya,” ujarnya.
Selanjurnya disampaikan bahwa tempat tinggal, mesin ketik, kaca mata, tempat tidur, tempat duduk, dan makamnya menjadi destinasi masyarakat dunia. Semua itu menunjukkan adanya penghargaan penghargaan dan penghormatan terhadap sastrawan atas perjuangan dan karya-karyanya.
Audiensi dengan Menteri Kebudayaan ini sebagai penutup dari rangkaian audiensi HISKI dengan Badan Bahasa, BRIN, PDS H.B. Jassin, Perpusnas, dan Menteri Kebudayaan.
