Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Mengenang Marsinah: Aktivis Buruh yang Dibunuh Secara Misterius pada 1993

Mengenang Marsinah: Aktivis Buruh yang Dibunuh Secara Misterius pada 1993



Berita Baru, Surabaya – Tepat tiga dekade lalu (08 Mei 1993), seorang perempuan berusia 24 tahun bernama Marsinah dibunuh secara misterius akibat perjuangannya membela hak buruh kala itu.

Ia merupakan buruh pabrik jam PT Catur Putra Surya (CPS) dikawasan industri Sidoarjo yang getol memperjuangkan hak buruh bersama rekan-rekannya akibat penyelewengan hak buruh oleh perusahaannya tersebut.

Sejak 1991, PT CPS melakukan ekspansi produksi besar-besaran dari yang sebelumnya biasa memproduksi 60.000 jam kemudian pada 1993 memproduksi 1.248.000 buah jam.

Sayangnya, keadaan yang demikian tidak dibarengi dengan jaminan kesejahteraan untuk para buruhnya.

Kondisi kesejahteraan buruh tidak meningkat setimpal dengan pencapaian perusahan. Sebaliknya, jam kerja menjadi meningkat hingga 9-12 jam perharinya.

Pada tahun yang sama, tepatnya pada April 1993 Gubenur Jawa Timur mengedarkan surat himbauan agar setiap Perusahaan menaikkan upah buruhnya 30 persen dari upah pokok. Namun, PT CPS abai dan hanya menaikkan gaji buruh 20 persen dari upah pokok sebelumnya. Sehingga, peraturan inipun menjadi penyebab utama memuncaknya kekesalan para buruh. Mereka kemudian berkumpul pada hari libur Waisak 1993 untuk membicarakan tuntutannya kepada Pabrik.

Pada momen tersebut, Marsinah mempunyai peran yang cukup sentral. Ia tidak hanya mengorganisir teman-temannya untuk mogok kerja, melainkan juga mendatangi kantor Depnaker (Departemen Ketenagakerjaan) Surabaya untuk mencari tau hitungan ketentuan upah pokok minimum yang berhak didapatkannya.

Selanjutnya, pada 3-4 Mei 1993 para buruh PT CPS melakukan aksi mogok kerja. Aksi tersebut membuahkan hasil dengan adanya audiensi antara buruh, Perusahaan dan Depnaker selaku mediator dimana setiap pihak menyampaikan beberapa pandangannya sehingga masing-masing pihak mencapai mufakat.

Meski sudah sepakat, PT CPS tetap menyelidiki tokoh atau dalang dibalik aksi tersebut. Mereka meminta bantuan aparat dari Koramil setempat. Koramilpun sejak awal telah menggunakan sistem intelegen. Mereka memonitor desa-desa tempat buruh pabrik tinggal dan membuat daftar nama buruh yang terlibat menjadi dalang aksi.

Adapun buruh-buruh yang terdaftar namanya, ditahan dalam kodim, diancam, dituduh PKI dan beberapa buruh dipaksa untuk mengundurkan dirinya dari perusahaan oleh aparat.

Marsinah tidak terima atas perlakuan itu sehingga pada 5 Mei 1993 ia menyusun surat pernyataan keberatan atas perlakuan tersebut dan hendak memperkarakan perusahaan dan kodim sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Malam 5 Mei 1993, Marsinah bolak balik rumah ke rumah, pabrik dan kodim untuk mencari tahu kejelasan kondisi kawan-kawannya yang kabarnya ditahan. Malam yang sibuk itu, ternyata menjadi malam terakhir Marsihan terlihat.

Jenazah Marsinah ditemukan pada 09 Mei 1993 pada jam 01 siang oleh sekolompok anak-anak disebuah gubuk tengah sawah di desa Jagong, Nganjuk. Berdasarkan hasil otopsi, didapati bahwa Marsinah meninggal satu hari sebelum mayatnya ditemukan. Adapun penyebab kematiannya ialah diakibatkan tusukan benda runcing, luka 20 cm di perut, dagu yang memar, lengan dan paha lecet, selaput dara robek serta tulang kemaluan bagian depan hancur akibat dimasuki benda tumpul.

Polisi melakukan penyelidikan atas kasus ini, namun publik menemukan banyaknya kejanggalan dalam penyelidikan hingga proses persidangannya. Misalnya, seperti pernyataan para saksi yang konsisten mengatakan adanya pemaksaan untuk menandatangani BAP. Melihat kondisi tersebut, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) menduga adanya upaya konstruksi skenario palsu atas kematian Marsinah untuk menutupi pelaku yang sebenarnya.

Terlepas dari semua kisah diatas, Marsinah menjadi sosok tokoh pemberani yang perjuangannya patut diapresiasi dan menjadi refleksi semangat perjuangan bagi kita semua dalam membela keadilan. Menurut aktivis HAM Munir, kasus Marsinah menjadi momentum untuk memperlihatkan tumbuhnya kesadaran perjuangan buruh pada masa akhir orde baru. Benar saja, kini Marsinah menjadi ikon gerakan buruh di Indonesia dan sosoknya dikenang dalam bentuk monumen di Nganjuk. Selain itu, wajahnya selalu terpampang jelas dalam spanduk-spanduk serta namanya selalu lantang dalam orasi-orasi diberbagai Aksi utamanya di hari Buruh.

beras