Menuju Modernisasi China
Berita Baru, Beijing – Modernisasi China, istilah kunci yang mendefinisikan perjalanan China menuju peremajaan, untuk pertama kalinya dimasukkan ke dalam laporan kongres nasional Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC), partai penguasa dengan prinsip Marxisme terbesar di dunia.
Di dalam laporannya pada Minggu (16/10) dalam Kongres Nasional CPC ke-20, Sekretaris Jenderal Komite Sentral CPC Xi Jinping menggarisbawahi “tugas utama” Partai, menyerukan upaya untuk memajukan peremajaan bangsa China di segala bidang “melalui jalur China menuju modernisasi.”
China belum pernah begitu dekat, percaya diri, dan mampu untuk mencapai tujuan peremajaan bangsa seperti saat ini, menurut laporan tersebut, yang menguraikan tujuan serta tugas utama untuk lima tahun ke depan dan setelahnya.
Berdasarkan eksplorasi yang dilakukan generasi demi generasi rakyat China serta keunikannya sesuai konteks negara tersebut, modernisasi China menjadi jalur yang benar untuk mewujudkan impian bangsa. Jalur ini juga menawarkan pilihan baru bagi umat manusia untuk mencapai modernisasi.
Target dan Visi yang Jelas
Ketika invasi Jepang menjerumuskan China ke dalam mara bahaya pada 1930-an, seorang sejarawan terkenal China merenung dan mengutarakan pertanyaan yang telah lama menghantui dirinya maupun para kompatriotnya: Dapatkah bangsa China melakukan modernisasi?
Sekarang, jawabannya dengan mudah dapat dilihat oleh siapa saja. Perekonomian terbesar kedua di dunia ini dalam kurun beberapa dekade telah berhasil meraih pencapaian yang bagi negara-negara Barat membutuhkan waktu berabad-abad untuk mencapainya.
China berhasil memberantas kemiskinan absolut dan menyelesaikan pembangunan masyarakat yang cukup makmur di segala bidang, dengan demikian mencapai Tujuan Seratus Tahun Pertama.
Menurut rencana strategis dua langkahnya, CPC selanjutnya akan memimpin China untuk “pada dasarnya mewujudkan modernisasi sosialis dari 2020 hingga 2035,” dan “membangun China menjadi negara sosialis modern besar yang makmur, kuat, demokratis, maju dari segi budaya, harmonis, dan indah mulai 2035 hingga pertengahan abad ini.”
“Seiring bertolaknya China dalam perjalanan baru, saat ini menjadi waktu yang sempurna untuk menetapkan target dan arah yang jelas dari modernisasi China agar rakyat China dapat bersatu dalam upaya meraih tujuan yang ingin dicapai,” kata Chen Shuguang, seorang profesor di Sekolah Partai Komite Sentral CPC, kepada Xinhua.
Laporan itu menjabarkan keseluruhan tujuan pembangunan China untuk tahun 2035, yang mencakup meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita secara substansial agar setara dengan negara maju tingkat menengah, meningkatkan soft power nasional secara signifikan, terus menurunkan emisi karbon setelah mencapai puncak karbon, serta memperkuat sistem dan kapabilitas keamanan nasional secara komprehensif.
Menggambarkan kurun lima tahun ke depan sebagai “masa krusial untuk memulai upaya membangun negara sosialis modern di segala bidang dengan awal yang baik,” laporan tersebut menguraikan tujuan dan tugas utama untuk periode ini, mulai dari mencapai kemandirian dan kekuatan yang lebih besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga meningkatkan lebih lanjut ekonomi pasar sosialis serta memungkinkan China untuk memainkan peran yang lebih besar dalam tata kelola global.
“Dengan menetapkan target dan visi yang lebih jelas, China menjadi semakin sadar bahwa modernisasi yang diupayakannya tidak akan semata-mata menjadi replika dari modernisasi Barat karena jalur yang dipilih China berfungsi dengan baik,” kata Chen.
Jalur yang Unik
Modernisasi China berisi elemen-elemen yang lazim dalam proses modernisasi semua negara, tetapi lebih bercirikan karakteristik-karakteristik unik sesuai konteks China.
Xi mengatakan modernisasi China merupakan modernisasi populasi yang sangat besar, kemakmuran bersama untuk semua, kemajuan materi dan budaya-etika, keselarasan antara manusia dan alam, serta pembangunan damai.
Para pakar meyakini bahwa walaupun teori modernisasi berasal dari Barat, modernisasi bukan berarti sama dengan Westernisasi, dan tidak pernah hanya ada satu jenis pendekatan saja untuk modernisasi.
“China menggarisbawahi pentingnya bagi semua negara untuk melakukan modernisasi melalui jalur yang sesuai dengan kondisi mereka sendiri dan yang akan diterima serta didukung oleh rakyat mereka,” kata Sean Slattery, salah satu pakar asing yang diundang untuk menerjemahkan laporan Xi Jinping untuk kongres nasional CPC.
Gao Derong, delegasi kongres nasional CPC dari daerah pedesaan di Provinsi Yunnan, China barat daya, mengatakan kepada Xinhua bahwa dirinya merasa terkesan oleh jalur modernisasi China yang unik.
“Kesuksesan China dalam pengentasan kemiskinan massal dalam beberapa tahun terakhir menyoroti salah satu karakteristik penting dari modernisasi China, yakni kemakmuran bersama,” ujarnya. “Modernisasi kami menguntungkan semua orang di negara ini, bukan hanya segelintir.”
Pilihan Baru
Dorongan modernisasi China menjadi sorotan ketika perubahan besar yang belum pernah terjadi dalam satu abad terakhir kini sedang mengubah dunia, yang sekali lagi berada di persimpangan sejarah.
Walaupun modernisasi Barat menciptakan kemakmuran material yang belum pernah terlihat sebelumnya, jalur agresi, kolonisasi, dan ekspansinya tidak dapat terus dipertahankan. Jalur tersebut juga menimbulkan masalah, termasuk kesenjangan kesejahteraan yang kian melebar, pemborosan sumber daya, dan kerusakan lingkungan.
“Bagi negara-negara berkembang lainnya, modernisasi China menawarkan pilihan baru untuk mencapai modernisasi berdasarkan kondisi mereka sendiri serta lebih banyak kerja sama internasional, alih-alih perampasan, perang, dan pertumpahan darah,” kata Yahia Mustafa, yang berpartisipasi dalam penyempurnaan terjemahan versi bahasa Arab dari laporan tersebut. Pakar asal Sudan yang berusia 65 tahun itu telah tinggal di China selama lebih dari 20 tahun.
CPC dengan pikiran jernih berpendapat bahwa membangun negara sosialis modern di segala bidang merupakan tugas yang sangat besar dan berat.
Memperingatkan tentang berbagai peristiwa “angsa hitam” (peristiwa yang tidak dapat diprediksi) dan “badak abu-abu” (ancaman dengan potensi tinggi dan dampak besar namun sering kali diabaikan) yang dapat terjadi sewaktu-waktu, laporan itu menguraikan bahwa China memasuki periode pembangunan di mana peluang strategis, risiko, serta tantangan dapat terjadi bersamaan, dan ketidakpastian serta faktor-faktor yang belum pernah ada sebelumnya sedang bermunculan.
“Kerja keras yang luar biasa dan upaya tanpa henti diperlukan seiring China berjuang mewujudkan modernisasi,” tutur Li Lannyu, seorang pekerja dari Provinsi Jiangsu, China timur, yang juga salah satu delegasi dalam kongres tersebut.
Xin Ming, seorang profesor di Sekolah Partai Komite Sentral CPC, mengatakan bahwa membangun negara sosialis modern merupakan perjuangan besar yang membutuhkan usaha keras. “Meski masa depan cerah, jalan kita masih panjang.”