PC PMII Probolinggo Berharap Pilkades Damai
Berita Baru, Probolinggo – Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Kabupaten Probolinggo sudah di depan mata. Sebanyak 253 desa tengah bersiap melaksanakan hajatan demokrasi desa pada 17 Februari 2022. Zia Ulhaq, menilai pesta demokrasi itu mampu menjadi pendidikan politik bagi masyarakat di akar rumput. Percaturan politik tingkat desa diharapkan berjalan demokratis.
Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Probolinggo itu mengatakan, pemilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan bebas, aman, dan rahasia. “Memilih pemimpin yang akan menahkodai desa, menggunakan hati nurani dan akal sehat,” katanya.
Ia menuturkan bahwa momen demokrasi itu disikapi secara dewasa. “Kondusif dan damai,” katanya. Menurutnya, pihak aparat keamanan mampu ikut serta untuk menjaga kelancaran Pilkades serentak 2022 ini. Pasalnya, pria yang akrab disapa Yayak ini melihat kejadian teror bom bondet yang pernah dialami salah satu warga Desa Gerongan, Kecamatan Maron pada perhelatan politik desa tahun lalu.
“Dalam pelaksanaan Pilkases serentak tahun ini, kami harap ada pengawalan secara intens dari Polres untuk menciptakan Pilkades aman dan damai,” harapnya. Kejadian itu menjadi keresahan bersama. “Karena tidak mencerminkan asas kemanusiaan.
Mengutip pernyataan yang pernah disampaikan Almarhum KH. Abdurrahman Wahid, Yayak berpesan, bahwa yang lebih tinggi dari politik adalah kemanusiaan. Itu sebabnya, dia berharap agar masyarakat turur serta menjaga demokratisasi yang ideal. Kontribusi masyarakat, lebih-lebih pemuda desa, kata Yayak, sangat penting.
Ia mencontohkan budaya money politic, setidaknya mampu diatasi dengan kesadaran berpolitik para masyarakat, pemuda, dan mahasiswa. “Harus hadir di tengah-tengah keberlangsungan Pilkades,” ujarnya. Yayak menilai bahwa Pilkades ini menentukan kemajuan desa. Menurutnya, desa menjadi pondasi dasar kemajuan negara.
Jika tata nilai desa terbangun, dia melanjutkan, maka Indonesia akan tetap terjaga secara kebudayaan dan kesejahteraannya. Desa, bagi Yayak, adalah lumbung dari segala aspek. Baik aspek pangan, kemanusiaan dan kebudayaan. Nilai-nilai itulah, Yayak menegaskan, yang harus dijaga dan dirawat.
“Jangan sampai karena perbedaan pilihan dalam Pilkades, nilai itu luntur,” tegasnya. “Seperti kata Bung Hatta, Indonesia tidak akan bercahaya dengan obor besar di Jakarta. Tapi akan bercahaya dengan lilin-lilin yang ada di desa.”