Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Covid-19
Foto: Ilustrasi

Tantangan Jurnalisme dalam Perkembangan IPTEK dan Masa Pandemi Covid-19




Oleh: Muhammad Davan Fernanda

KolomCorona virus Disease atau COVID-19 adalah virus jenis baru yang telah menyebar secara global ke seluruh penjuru dunia. Oleh karenanya, World Health Organization (WHO) pun juga sudah menetapkan pandemi COVID-19 sejak 11 Maret 2020 yang lalu.

Pandemi COVID-19 ini telah mengubah pola kehidupan masyarakat, termasuk pola interaksi manusia, terutama dalam hal komunikasi. Adanya pembatasan kegiatan sosial dan Protokol Kesehatan yang menganjurkan untuk physical distancing atau penjagaan jarak fisik oleh WHO ini bertujuan mencegah penyebaran mata rantai virus COVID-19 (Kuswanti, A., Muqsith M.A., M., Zainal, A., & Oktarina, S., 2020).

Hoaks, Revolusi IPTEK dan Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 yang ditunjang dengan perkembangan IPTEK, menyebabkan adanya krisis multidimensi, termasuk maraknya penyebaran berita palsu. Direktur WHO, Tedros Adhanm Ghebreyesus menyatakan, Fake news atau berita palsu lebih mudah menyebar daripada virus ini, dan sama berbahayanya (VIVA, 2020).

Sehingga, adanya Misinformasi dan Disinformasi ini semakin mempercepat penyebaran penyakit dan dapat menjadi penghambat efektifnya respon kesehatan masyarakat, karena menciptakan kebingungan, ketakutan dan ketidakpercayaan. WHO menetapkan transisi ini sebagai ‘corona virus infodemik’.

Indonesia sendiri merupakan negara yang rentan terhadap isu hoax atau berita palsu, nyatanya menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, menyatakan bahwa terdapat sekitar 1.470 isu hoax terkait COVID-19 dari 23 Januari 2020 hingga bulan maret 2021 (CNN Indonesia, 2021).

Peran Jurnalisme

Selama masa pandemi, jurnalis dan pekerja media memiliki peran penting dalam membantu menyelamatkan jiwa dalam menghadapi krisis multidimensi ‘Coronavirus Infodemik’.

Perlunya pelaporan berita yang berkualitas dan bertanggung jawab, tidak hanya mengidentifikasi informasi yang salah, tetapi juga dibutuhkan informasi yang mengedukasi dan memberi saran terhadap kesehatan masyarakat, termasuk solidaritas masyarakat.

Dalam memberikan informasi yang berkualitas, tak jarang para pekerja industri ini harus menghadapi kendala di masa pandemi COVID-19, antara lain:

Pertama, Potensi tertular COVID-19 lebih tinggi. Kondisi di lapangan dalam mencari informasi yang kredibel menjadikan para jurnalis sulit untuk menerapkan aturan standar jarak aman, sehingga dalam penerapan protokol kesehatan tidak sepeunhnya dapat terpenuhi.

Kedua, Maraknya kasus Pemutus Hubungan Kerja (PHK) di lingkungan pekerja industri media. Situasi pandemi yang mengakibatkan krisis di berbagai sektor kehidupan ini juga berdampak pada jurnalis.

Tantangan Baru Jurnalisme

Perkembangan IPTEK yang semakin pesat menjadikan arus informasi semakin tak terbendung. Tentunya ini merupakan masalah global terhadap media untuk menjawab tantangan kredibilitas informasi. Volume informasi palsu atau hoaks telah memperburuk masalah dengan menempatkan industri media dalam resiko informasi yang salah dan merusak kepercayaan publik.

Perubahan zaman ini berbanding lurus dengan digitalisasi kehidupan di berbagai sektor kehidupan. Salah satu yang dihadapi oleh industri media dalam digitalisasi kehidupan ini adalah transformasi digital. Transformasi digital ini telah menimbulkan tantangan ekonomi pada industri, dari menyusutnya pendapatan iklan hingga perampingan ruang redaksi dan bahkan penutupan beberapa perusahaan media.

Selain itu, di era post-modern ini, siapapun dapat menjadi pembuat konten, Sehingga jurnalis professional harus membuktikan nilainya dengan keahlian, etika dan akuntabilitasnya. Teknologi digital yang dibarengi oleh tingginya arus informasi jelas akan mempengaruhi untuk terciptanya disinformasi dan misinformasi. Sehingga, industri media dan jurnalis berperan penting sebagai garda terdepan bagi masyarakat untuk memastikan dan memverifikasi keaktualan suatu informasi.

Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh jurnalis di era perkembangan IPTEK dan di masa pandemi, antara lain:

Pertama, jurnalis dan perusahaan media harus lebih akrab dengan teknologi media baru dan ruang lingkup interaksinya.

Kedua, jurnalis harus memanfaatkan sosial media mencari informasi atau melakukan riset di masyarakat. Apalagi trend penggunaan sosial media semakin meningkat dan mayoritas
masyarakat sudah melek digital, terutama dalam menyampaikan pendapat dan berbagai informasi.

Ketiga, berkaitan dengan kondisi pandemic, jurnalis sebaiknya lebih banyak meluangkan waktu menyisir pernyataan pers dan data yang dikirim (press release) yang terkait corona virus, isu dan hal penting disandingkan dengan data pemerintah. Jurnalis harus punya ‘sense of criticism’, tidak boleh sembarangan dalam mempublikasikan data yang diberikan tanpa dikritisi dan analisa. Seharusnya industri media dan jurnalis mengetahui perannya sebagai watchdog.

Terakhir, sebaiknya industri media dan para jurnalisnya juga melakukan kolaborasi berjuang menghadapi keterbatasan kerja jurnalistik di era pandemi. Terutama dalam membuat laporan informasi yang kredibel dan membuat analisa yang tajam.

Epilog

Pandemi COVID-19 ini sudah merubah tatanan pola hidup masyarakat global. Terlebih lagi, adanya perkembangan IPTEK dengan mudahnya memperoleh informasi menjadikan krisis multidimensi, termasuk menjadikan penyebaran fakenews atau berita palsu. Sehingga, bukan hanya perang menghadapi virus COVID-19, melainkan juga terhadap serangan missinformasi dan disinformasi, khusunya terhadap ‘Coronavirus Infodemik’.

Media dan jurnalis memiliki peran penting dalam perang menghadapi ‘Coronavirus Infodemik’. Namun, dengan kondisi seperti ini, pekerjaan jurnalis yang mengharuskan untuk turun ke lapang memiliki resiko tinggi untuk tertular COVID-19. Selain itu, transformasi digital di segala bidang kehidupan menjadikan tantangan baru bagi industri media dan jurnalis.

DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. (2021). Ada 1.470 Hoax Covid-19 Hingga Maret, Terbanyak di Facebook.
Diakses pada 12 September 2021, dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210312163857-185-616809/ada-1470-hoax-
covid-19-hingga-maret-terbanyak-di-facebook
Kuswanti, A., Muqsith M.A., M., Zainal, A., & Oktarina, S. (2020). Manajemen Komunikasi
Keluarga Saat Pandemi COVID-19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(8)
VIVAnews. (2020). WHO: Covid-19 Masuki Fase Baru dan Berbahaya. Diakses pada 12
September 2021, dari https://www.viva.co.id/arsip/1280131-who-covid-19-masuki-fase-
baru-dan-berbahaya

beras