Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” 

Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” 



Berita Baru, Banyuwangi – Tim periset UNJ selenggarakan evaluasi pergelaran gandrung terob “Ayo Gandrungan” (10 September 2023), bertempat di Rumah Budaya Osing yang dipimpin Kang Purwadi dan sekaligus sebagai mitra riset yang berperan besar dalam mengorganisasi kegiatan.

Evaluasi dihadiri juga oleh mitra riset, Disbudpar Kabupaten Banyuwangi, Yayasan Kiling Osing Banyuwangi, Sanggar tari Sopo Ngiro, serta DKB, budayawan, pemimpin sanggar tari, dan panjak.

Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” 

Dalam sambutannya, Ketua tim periset, Novi Anoegrajekti menyampaikan bahwa Gelar Gandrung Terob, “Ayo Gandrungan!” sebagai ruang uji coba hasil pewarisan melalui pelatihan yang telah berlangsung Minggu, 25 Juni 2023 dan mendapat respons positif dari semua pihak, termasuk dari kalangan birokrat Banyuwangi.

“Ibu, Bapak pada kesempatan ini, kita berhimpun bersama untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan Gelar Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” yang telah berlangsung dan hasilnya dapat dilihat melalui tautan youtube,” ujarnya. 

Arah pewarisan selanjutnya adalah panjak, utamanya kluncing, kendang, dan biola. Pewarisan lainnya adalah untuk pemaju dan generasi milenial.

Panjak perlu menjadi prioritas karena penari gandrung terob tidak memiliki tim panjak. Para gandrung pada umumnya mengambil panjak secara comotan ‘meminta panjak dari berbagai grup’. 

“Kesulitan mendapatkan panjak, utamanya kluncing, kendang, dan biola akibat kelangkaan pemain musik tersebut, memerlukan tidak lanjut berupa pewarisan melalui pelatihan,” jelasnya. 

Kluncing memberikan instruksi kepada gandrung untuk melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung. Kendang memandu irama dan gerak penari gandrung untuk semua adegan yang dengan sendirinya memerlukan pemahaman terhadap gerakan semua adegan gandrung.

“Saya bisa menjadi seperti sekarang ini karena dikelilingi oleh orang-orang hebat, Bu Temu, Ohm Bari, Bu Mudaiyah, dan Alm Ayah saya”, ujar Haidi lugas.

Biola menjadi melodi yang menuntut pemain menguasai semua notasi tembang gandrung mulai dari topengan, jejer, repenan, paju, dan seblang-seblang. 

“Selain adegan topengan, pergelaran gandrung di masa lalu, ada yang diawali bondan, gambyong, atau remong,” jelas Subari Sofyan.

Bondan dan gambyong berasal dari Jawa Tengah sedangkan remong berasal dari Surabaya. Hal tersebut dimaknai sebagai upaya penari gandrung menunjukkan kekhususannya. Kemungkinan lainnya atas permintaan penanggap yang diselaraskan dengan seni di daerah asal mereka.

Pengembangan Lanjut

Modal awal telah dimiliki oleh tiga peserta pelatihan, yaitu Fika, Lusi, dan Rina. Kesediaan menerima tanggapan telah diniatkan oleh ketiganya. Langkah selanjutnya adalah menghidupkan dan mengaktifkan partisipasi ekosistem yang dari seni tradisi gandrung, seperti pelaku seni gandrung, penanggap, penonton/penikmat, pedagang, dan youtuber.

“Kehadiran penari gandrung terob memerlukan ruang aktualisasi diri berupa panggung tanggapan oleh keluarga, organisasi, instansi, atau korporasi.”

Jika dianalogikan sebagai pengemudi, ketiga penari gandrung telah memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) yang berarti telah memiliki kewenangan legal formal. Akan tetapi ketiganya perlu terus berjuang meningkatkan keterampilan dan kepiawaiannya menghadapi beragam tantangan agar semakin menguasai medan pergelaran gandrung profesional.

Seminar Gandrung Terob

Sehari sebelumnya, Sabtu, 9 September 2023 berlangsung seminar “Gandrung Terob” yang diselenggarakan oleh Tim Indonesiana bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan Dewan Kesenian Blambangan. 

Seminar diselenggarakan di Hotel Poliwangi Jinggo. Seminar menghadirkan narasumber, Bapak Choliqul Ridha dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak Hasan Basri dari Dewan Kesenian Blambangan, dan Novi Anoegrajekti, periset seni tradisi gandrung dari Universitas Negeri Jakarta. 

Seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 (lima puluh) peserta tersebut membahas masa depan seni tradisi gandrung agar semakin diminati oleh generasi milenial. Banyak masukan yang disampaikan oleh para peserta yang memperkaya alternatif pengembangan seni tradisi gandrung.

Tim Periset Universitas Negeri Jakarta Sebarkan Gagasan dan Selenggarakan Evaluasi Pergelaran Gandrung Terob “Ayo Gandrungan” 

beras