Sesi Kedua Putaran 11 Sekolah Sastra: Filologi dan Tantangannya di Era Modern
Berita Baru, Jakarta — Sekolah Sastra putaran ke-11 sesi kedua yang digawangi Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) dengan topik Filologi usai digelar. Acara digelar via Zoom Meeting serta disiarkan secara langsung di kanal Youtube Official HISKI Pusat dan Tribun Network, Sabtu (23/11).
Topik ini diisi oleh narasumber yang sama dari sesi sebelumnya, yaitu Prof. Dr. Sri Harti Widyastuti, M.Hum (HISKI Komisariat Universitas Negeri Yogyakarta), dan dimoderatori Dr. Endah Imawati, M.Pd. (Tribun Network).
Sebelum pemaparan materi, acara dibuka dengan sambutan Wakil Ketua III HISKI, Dr. Sastri Sunarti, M.Hum. Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Ketua III HISKI, Sastri menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya program ini.
Sastri menyampaikan maaf karena saat mengantarkan sambutan, sedang berada di acara wisuda putrinya di UNS, oleh karena itu, terdengar sedikit gaduh. Akan tetapi tidak mengurangi kualitas semangat kolegialitas yang dikembangkan HISKI.
“Sebagai organisasi, HISKI terus berupaya menghidupkan kembali perhatian terhadap naskah-naskah lama yang menjadi saksi sejarah dan kekayaan intelektual bangsa. Dengan kajian filologi, kita bisa melihat bagaimana peradaban Nusantara berkembang dari waktu ke waktu,” ungkapnya.
Sastri juga menambahkan, kegiatan ini menjadi bagian dari tanggung jawab kolektif untuk mengintegrasikan ilmu filologi dengan perkembangan teknologi, seperti digitalisasi manuskrip, sehingga warisan budaya dapat terjaga secara fisik dan dapat diakses oleh masyarakat luas.
“Saya berharap acara ini dapat memberikan pemahaman mendalam tentang filologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan literasi budaya,” ujarnya.
Acara berlanjut pada pemaparan inti. Tuti melanjutkan eksplorasi mendalam terhadap dunia filologi dengan fokus pada metode dan teknik analisis naskah kuno. Pada pertemuan ini, ia mengajak peserta untuk mendalami lebih lanjut cara mendeskripsi naskah-naskah Nusantara yang kompleks. “Termasuk memahami struktur bahasa, aksara dan konteks sejarah yang membentuk isi naskah,” terangnya.
Tuti juga menekankan pentingnya kajian filologi sebagai upaya pelestarian warisan budaya bangsa.
“Filologi adalah jembatan kita untuk memahami pikiran, nilai-nilai, dan kreativitas masyarakat masa lalu. Dengan mempelajari naskah kuno, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mewariskan pengetahuan untuk generasi mendatang,” tuturnya.
Dalam sesi ini, lanjut Tuti, pembahasan meliputi studi kasus naskah kuno dengan pendekatan filologis. Dikatakannya bahwa kajian filologi hingga saat ini terus berkembang. Tidak hanya berhenti sampai transkripsi kajian secara stuktur teks, akan tetapi sampai pada pemaknaan secara semiotis. Dengan demikian para peserta dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari pada naskah nyata.
“Diharapkan peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen penting dalam naskah, seperti simbolisme budaya dan pesan moral serta belajar menghadapi tantangan filologis yang sering muncul dalam proses pelestarian dan interpretasi,” pungkas Tuti.
Guru besar dari UNY ini menyampaikan contoh hasil riset yang telah dilakukan, “Fitoterapi dan Penelusuran Semiotik dalam Naskah-naskah Jejampian”. Dalam riset tersebut Tuti menemukan beragam resep untuk pengobatan, seperti beragam rempah sampai _idu bacin_ “ludah ibu pagi hari saat bangun tidur’ yang memiliki khasiat untuk penyembuhan.
“Naskah-naskah ditulis oleh juru tulis istana atas perintah raja, untuk memberikan pertolongan kepada rakyat untuk mengatasi beragam permasalahan penyakit dan untuk menjaga kesehatan rakyatnya,” jelas Tuti.
Pertemuan ini menjadi kesempatan berharga bagi peserta untuk menambah wawasan praktis dan memperkuat pemahaman terhadap nilai sastra dan sejarah yang diwariskan melalui naskah-naskah kuno Indonesia.
Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan _audiens_. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 125 peserta di _Zoom Meeting_ dan telah ditonton 127 kali akun Youtube.
Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal pengetahuan bagi para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Sekolah Sastra ini digelar setiap bulan di minggu pertama dan kedua. Sementara itu, untuk minggu ketiga digelar agenda Tukar Tutur Sastra yang menjadi agenda rutin HISKI Pusat yang dipimpin Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.