Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Drama Kolosal Resolusi Jihad: Cara Santri Mojosari Nganjuk Merefleksikan Perjuangan Kemerdekaan

Drama Kolosal Resolusi Jihad: Cara Santri Mojosari Nganjuk Merefleksikan Perjuangan Kemerdekaan



Berita Baru, Nganjuk – Santri selalu mempunyai cara beda dan khusus untuk memaknai kemerdekaan dan merayakannya, entah melalui upacara, lomba-lomba ala Agustus seperti biasanya maupun merefleksikan dengan kegiatan lainnya. Seperti halnya para santri Pondok Pesantren Al Mardliyah Ponpes Mojosari Nganjuk, pagi ini setelah upacara 17 Agustus, para santri mempersembahkan drama kolosal yang sangat khas dengan dunia pondok yang terinspirasi dari sebuah perjuangan para kiai terdahulu, kiai-kiai Nahdlatul Ulama dan semangat santri-santri dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Untuk para santri tidaklah asing saat mendengar kata Resolusi Jihad, seperti sudah familiar Mereke dengar, entah melalui cerita-cerita di pondok, film maupun yang lainnya. Resolusi jihad pun merupakan sebuah seruan atau fatwa yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya yang berisi ajakan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk berjihad atau berjuang melawan penjajah Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia setelah kemerdekaan

Tujuan utama dari Resolusi jihad ini adalah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Disaat belanda terus berusaha merebut kembali Indonesia. Resolusi Jihad ini menjadi pemicu semangat juang rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan. Dan tidak lepas dari menunjukkan peran penting ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

“Dari drama ini saya harap para santri faham bagaimana perjuangan ulama dan santri dalam memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa melalui jihad, semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” Tutur Ustadz Mukafi, selaku asatidz di SMAI As Syafi’ah.

Dalam drama ini pun walaupun dengan perlengkapan dan waktu yang terbatas, para santri cukup mampu menggambarkan ketegangan pada saat pertempuran 10 November 1945, beserta pidato Bung Tomo yang sangat melegenda saat itu. Mereka menggambarkan bagaimana resolusi jihad menjadi salah satu pemicu terjadinya pertempuran besar antara rakyat Indonesia dan pasukan Belanda di Surabaya pada 10 November 1945.

“Resolusi Jihad adalah bukti nyata bahwa agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang ibadah individu, tetapi juga mendorong umatnya untuk berjuang membela kebenaran dan keadilan. Seruan jihad ini juga menjadi inspirasi bagi kami, generasi muda untuk menghargai jasa para pahlawan khususnya ulama dan santri yang terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” Ungkap Rozi, Koordinator drama kolosal resolusi jihad ini

Rozi juga menambahkan, untuk mengenang dan menghargai peran ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan inipun pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, hari yang selalu kamu, para santri peringati di Pondok. Peringatan ini pun juga selalu dilaksanakan dengan upacara.

Fahmi, selaku pemeran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengungkapkan bawa, drama kolosal resolusi jihad ini juga mengingatkan tentang resolusi Jihad sebagai sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Seruan jihad ini tidak hanya berhasil membangkitkan semangat santri, tetapi juga menunjukkan peran penting agama Islam dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia

Drama kolosal resolusi jihad ini pun menjadi kegiatan utama setelah upacara yang paling di tunggu-tunggu oleh para santri begitupun guru dan pengasuh pondok yang datang. Drama ini sangat diminati dan ditonton dengan antusias. Bagaimana pun, perjuangan para Kiai dan santri dalam membela tanah air patut diteladani. Untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan. Pementasan ini tidak hanya menyajikan tontonan yang menarik, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi para santri tentang nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan.

“Drama kolosal “Resolusi Jihad” inipun telah berhasil menyentuh hati para penonton. Melalui pementasan ini, kita diajak untuk merenungkan kembali perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Semoga semangat juang mereka dapat menginspirasi kita semua untuk terus membangun bangsa. Apresiasi yang sebesar-besarnya kepada penyelenggara dan seluruh pemain yang telah menyajikan pertunjukan yang luar biasa” Tutur Ning Vivin, selaku Dzuriyah Ponpes Mojosari yang hadir pada kesempatan kali ini

Pementasan inipun menjadi bukti bahwa santri tidak hanya bisa fokus belajar dan mengaji, namun lebih dari itu, mereka dapat menjadi pribadi yang kreatif, inovatif dan produktif walaupun hanya dengan waktu latihan yang sedikit dan perlengkapan seadanya. Para Guru dan Pengasuh Pondok Pesantren Al Mardliyah Mojosari pun sangat mengapresiasi pementasan mereka.

“Saya sangat menyambut, support, dan apresiasi kreativitas santri yang sudah mereka lakukan. Memang sudah seharusnya santri khususnya dan Generasi Z umumnya untuk menjadi pribadi yang kreatif, inovatif dan produktif dalam hal apapun. Semoga dengan drama kolosal tentang Resolusi jihad ini dapat menjadi refleksi dan pengingat para santri atas perjuangan kemerdekaan yang juga tidak lepas dari peran para ulama-ulama Nahdlatul Ulama terdahulu khususnya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari,” ucapnya saat menyaksikan drama kolosal persembahan para santri tentang revolusi jihad. [Syarifah A]

beras