Harga Kopi di Kabupaten Probolinggo Tembus Rp 80 Ribu, Petani Bersyukur namun Tetap Resah
Berita Baru, Probolinggo – Harga kopi di Kabupaten Probolinggo mencapai Rp 80 ribu per kilogram, sebuah pencapaian yang disyukuri oleh para petani. Namun, di balik rasa syukur tersebut, terselip kekhawatiran mengingat fluktuasi harga yang pernah terjadi sebelumnya.
Delapan kecamatan di Kabupaten Probolinggo menjadi sentra penghasil kopi, yaitu Kotaanyar, Pakuniran, Gading, Tiris, Krucil, Kripan, Lumbang, dan Sukapura. Harga kopi yang tinggi ini tidak lepas dari pengaruh pasar, yang sebelumnya pernah mengalami anjlok tajam. Pada tahun 2020, harga kopi bahkan sempat menyentuh angka Rp 3.500 per kilogram, sebuah kondisi yang membuat para petani terpuruk.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Provinsi Jawa Timur, Mahdi, angkat bicara terkait isu ini. Menurutnya, meski harga saat ini menggembirakan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga dan kesejahteraan petani.
“Kualitas kopi di Kabupaten Probolinggo sangat bagus. Namun, perlu ada penekanan pada identitas atau brand produk. Di Kabupaten Probolinggo, kopi nangkanya terkenal harum dan nikmat, ini yang harus dimaksimalkan,” ujar Mahdi, Minggu (19/1).
Mahdi menekankan pentingnya memperkuat produk kopi lokal melalui strategi pemasaran yang lebih inovatif. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membangun merek kopi khas Probolinggo, seperti “lKopi Nangka Probolinggo yang mengedepankan cita rasa unik dan kualitas premium.
“Petani harus didukung untuk meningkatkan teknik pascapanen seperti fermentasi biji kopi dan pengeringan yang baik. Selain itu, pengemasan yang menarik dan berstandar internasional akan memberikan nilai tambah pada produk,” tambahnya.
Selain penguatan merek, Mahdi juga menyarankan pengembangan sektor wisata berbasis kopi. Kecamatan seperti Tiris dan Sukapura yang berada di kawasan pegunungan dapat dijadikan destinasi agrowisata kopi, tempat pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan kopi, dari kebun hingga cangkir.
“Wisata kopi tidak hanya memperkenalkan produk ke pasar yang lebih luas, tetapi juga memberikan penghasilan tambahan bagi petani,” katanya.
Peran teknologi juga tidak kalah penting. Pemanfaatan platform digital untuk memasarkan kopi secara online, baik melalui e-commerce lokal maupun global, akan membantu memperluas jangkauan pasar. “Kolaborasi dengan startup atau perusahaan rintisan yang bergerak di bidang agribisnis juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat transformasi produk kopi Probolinggo,” ucap Mahdi.
Ke depan, Mahdi berharap agar pemerintah daerah menggandeng para ahli kopi, pelaku usaha, dan komunitas petani untuk berkolaborasi dalam program pelatihan, promosi, dan pengembangan produk. Dengan langkah-langkah ini, kopi Probolinggo tidak hanya akan dikenal di pasar lokal, tetapi juga mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.