
HISKI Kembali Gelar Sekolah Sastra Bertopik Sastra Elegis dalam Puisi dan Prosa
Berita Baru, Jakarta — Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) kembali gelar Sekolah Sastra dengan topik Sastra Elegis putaran kedua, Sabtu (15/02/25). Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube Tribun Network dan Official HISKI Pusat.
Sama dengan pertemuan sebelumnya, narasumber Sekolah Sastra bertopik Sastra Elegis adalah Eta Farmacelia Nurulhady, M.Hum., M.A., Ph.D., dari HISKI Universitas Diponegoro Semarang. Juga dimoderatori oleh Dr. Endah Imawati, M.Pd. (Tribun Network).
Sebelum pemaparan materi, acara dibuka dengan sambutan perwakilan pengurus HISKI Pusat, Sudartomo Macaryus, M.Hum. Ia menyampaikan, Sekolah Sastra dirancang untuk membekali para anggota HISKI untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang teori, konsep, dan metode.
“Oleh karena itu, pertemuan-pertemuan Sekolah Sastra ini dilengkapi dengan membahas hal-hal praktis yang berkaitan dengan hasil-hasil riset puisi dan prosa. Minggu lalu, dengan tema yang sama sudah disinggung soal puisi, di pertemuan ini difokuskan pada bidang prosa,” ujarnya.
Sudartomo berharap, pertemuan sastra elegis dapat memperkaya pengetahuan dan keilmuan semua yang menyimak. Serta menjadi bekal untuk melakukan riset-riset terutama dalam riset dasar yang belum banyak peminatnya seperti yang disampaikan BRIN pada saat audiensi dengan HISKI (04/02/2025).
“Selamat mengikuti, dan semoga terinspirasi melalui kajian yang dipaparkan narasumber pada pertemuan kali ini,” harapnya.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan narasumber tentang perkembangan sastra elegis dalam puisi dan prosa. Ia menguraikan, sastra elegis merupakan genre yang mengekspresikan perasaan duka, kehilangan, dan nostalgia.
“Berakar dari istilah Yunani elegeiakos, konsep ini berkembang dalam sastra Inggris pada abad ke-19, terutama dalam karya-karya romantisisme. Puisi sastra elegis Inggris mencerminkan tiga tahap utama: ratapan, pujian bagi yang telah pergi, dan penghiburan. Beberapa contoh yang dibahas dalam acara ini adalah puisi “Surprised by Joy” dan “The Two April Mornings” karya William Wordsworth,” terang Eta.

Di sisi lain, lanjut Eta prosa elegis berperan penting dalam menggambarkan kehilangan secara naratif dan reflektif. “Salah satu contoh yang diangkat adalah novel Persuasion karya Jane Austen, yang menampilkan karakter dan pengalaman duka mendalam Anne Elliot atas cinta dan kehidupan masa lalunya,” jelas Eta.
Selain membahas aspek sastra, Eta juga mengeksplorasi konsep psikologis duka dan berkabung. Dalam kajian Sigmund Freud mengenai Mourning and Melancholia, dijelaskan bahwa berkabung merupakan proses normal dalam menerima kehilangan, sementara melankolia menyebabkan dampak psikologis lebih dalam.

Melalui pemaparannya, Eta mengajak para peserta untuk memahami bagaimana sastra elegis tidak hanya merepresentasikan duka, tetapi juga berfungsi sebagai media refleksi dan penghormatan terhadap yang telah tiada.
“Dengan berkembangnya waktu, esensi sastra elegis tetap relevan dalam menggambarkan berbagai pengalaman emosional manusia,” pungkasnya.
Sebagai penulis, Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd. yang diminta merespons paparan narasumber menyampaikan bahwa duka, sedih, dan kehilangan bagi manusia merupakan keniscayaan. Oleh karena itu, pengelaman tersebut menjadi ruang refleksi dan kontemplasi untuk membangun harapan untuk kehidupan selanjutnya yang lebih baik. Seperti tampak pada puisi yang dibacakannya saat kehilangan merasa sedih namun memiliki harapan akan turunnya hujan yang menghidupkan.
Acara dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara narasumber dan audiens. Sampai akhir acara, Sekolah Sastra kali ini diikuti sekitar 186 peserta di Zoom Meeting dan telah ditonton lebih dari 305 kali secara akumulatif di akun Youtube Tribun Network dan HISKI Pusat.
Sekolah Sastra merupakan salah satu program kegiatan HISKI Pusat untuk meningkatkan kompetensi dan bekal pengetahuan bagi para anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Sekolah Sastra tahun 2025 ini digelar setiap dua bulan dan disajikan dalam dua sesi. Agenda Tukar Tutur Sastra untuk ditahun 2025 juga diselenggarakan setiap dua bulan dan tetap menjadi agenda rutin HISKI Pusat yang dipimpin Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.
