Koalisi Semut Merah, Peneliti: Ahistoris dan Sentimen Negatif
Berita Baru, Jakarta – Pilpres 2024 masih dua tahun lagi. Namun pelbagai manuver politik terus dilakukan. Teranyar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memulai babak baru dengan membangun koalisi yang dinamakan Koalisi Semut Merah.
Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengatakan, alasan memilih nama Semut Merah dalam koalisi itu adalah sebagai simbol rakyat kecil. Penulis buku Menjerat Gus Dur, Virdika Rizky Utama, mengkritik penamaan koalisi semut merah itu.
Ia sebenarnya tak mempermasalahkan penamaan itu. Namun, Virdika menerangkan, bila menjadikan nama Koalisi Semut Merah maka hal tersebut justru ahistoris. Bukan tanpa sebab, data yang ditemukan Virdika dalam risetnya menunjukkan bahwa penamaan semut merah dalam sejarah politik Indonesia justru mengarah ke proses penjatuhan Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada tahun 2001.
“Semut merah itu operasi yang dibikin untuk proses menjatuhkan Gus Dur. Ini membingungkan, karena PKB yang justru ikut di sana,” kata Virdika kepada KOMPAS.TV lewat pesan WhatsApp, Jumat (10/6/2022).
Pria yang juga peneliti di PARA Syndicate meriset tentang koalisi semut merah dan proses penjatuhan Gus Dur dalam buku Menjerat Gus Dur tersebut. Beberapa nama disebut di sana seperti Fuad Bawazier hingga Akbar Tanjung diduga terkait dengan proses penjatuhan Gus Dur sebagai presiden.
“Semut merah ini pernah dipakai sebagai operasi yang menjatuhkan Gus Dur (notabene dari PKB). Salah satu kekuatan yang menjatuhkan Gus Dur itu juga ada Partai Keadilan (cikal bakal PKS) dengan menggerakkan basis lembaga dakwah,” ujarnya.
Virdika mempertanyakan jika ingin membangkitkan memori koalisi dengan PKB dan PKS, kenapa justru dengan istilah yang melengserkan PKB dari kursi Presiden? Ia memprediksi, koalisi semut merah ini akan mendapatkan sentiment negatif, apalagi banyak saksi sejarah, khususnya dari NU, yang masih hidup sampai saat ini.
“Akan banyak sentimen negatif yang diterima kalau istilah itu digunakan dalam koalisi. Terutama dari kalangan NU yang pernah menjadi bagian dari PKB masa kepemimpinan Gus Dur,” ungkapnya.