PC PMII Ponorogo Gelar Talk Show Kepemudaan
Berita Baru Jatim, Ponorogo – Dalam rangka menyambut hari sumpah pemuda 28 Oktober, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kabupaten Ponorogo gelar talk show Kepemudaan dengan tema, ‘Bonus Demografi di Era Digitalisasi: Pemuda Bisa Apa?’ pada Senin (25/10/21).
Kegiatan yang dilaksanakan di aula lantai tiga Institut Sunan Giri Ponorogo ini turut menggandeng tiga pemateri. Cak Ulin merupakan Pegiat Media dan Founder Cah Pondok, Suprayitno Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia/ DPD KNPI Ponorogo serta Syamsul Maarif Ketua PC Gerakan Pemuda Ansor Ponorogo.
Peserta talk show datang dari berbagai elemen. Seperti delegasi dari Komisariat dan Rayon serta Koprs PMII Putri (KOPRI) se-Ponorogo, Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) Ponorogo, PC Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ponorogo dan PC Fatayat NU Ponorogo, serta Ikatan Alumni PMII (IKAPMII) Ponorogo.
Pembukaan talk show dimulai pukul 09.30 WIB. Dalam pembukaan diisi beberapa sambutan, pertama disampaikan oleh ketua panitia pelaksana yakni Saudi, kedua disampaikan ketua PC PMII Ponorogo Agus Mujiranto, dan terakhir oleh IKAPMII Ponorogo sekaligus membuka acara yang diwakili Agus Setiawan.
Talk show kepemudaan dimoderatori oleh Ahmad Damar Samlani selaku biro hubungan dan komunikasi organ gerakan, kepemudaan dan perguruan tinggi PC PMII Ponorogo. Mengawali forum diskusi, Damar mengungkapkan bahwa 33 % penduduk Indonesia memasuki usia produktif yakni sekitar 38juta penduduk.
“Bagaimana pemuda hari ini di tren-tren kepemimpinan dan dalam gagasan menuju indonesia emas serta era digitaslisasi? Sumpah pemuda, peristiwa Rangasdengklok, dan reformasi 98 semua dipelopori oleh pemuda, kita yang hari ini menikmati hasilnya sudah melakukan apa?,” ujar Damar kemudian mempersilahkan kepada narasumber.
Suprayitno, narasumber pertama mengungkapkan bahwa berbicara kepemudaan sekarang maka berbicara kita (red.peserta diskusi) sebagai generasi milenial. “Bonus demografi yang dijunjung di era mendatang tentu juga membuat tantangan baru bagi pemuda seiring dengan bertambah dan bertumbuhnya populasi manusia. Bonus demografi ibarat sebilah pisau ada dua sisi yang satu kesulitan dan satunya kebahagiaan, bagaimana dua sisi itu bisa membuat akselerasi kepada pemuda atau malah menjadi kemunduran,” ujar Suprayitno.
Suprayitno juga menambahkan agar jangan sampai bonus demografi menjadi momok yang menakutkan dan pemuda harus siap, “bonus demografi ini menarik kalau kita punya niat dan tidak diam saja juga tidak menjadi momok yang menakutkan. apakah SDM siap atau tidak untuk menghadapi bonus demografi. Pemuda harus siap tapi jangan cuma siap saja,” imbuh Suprayitno DPD KNPI Ponorogo selaku pembicara pertama.
Hal tersebut diamini oleh Syamsul Maarif selaku pembicara kedua. Ia menyampaikan bahwa bicara realitas pemuda hari ini ada tiga hal di antaranya; konten, konteks, dan momentum. “konten, konteks, dan moment harus saling berkaitan dan bersinergi. Kalau ada konten tapi tidak ada konteks itu tidak pas. Kalau ada konten dan konteks tapi tidak ada moment itu juga kurang,” ujar ketua PC GP Ansor Ponorogo itu.
Syamsul juga menambahkan bahwa ciri khas anak muda (red.pemuda) itu bertumbuh. “anak muda itu tumbuh, perwakilan zaman, kalau tidak tumbuh berarti sudah penuaan dini. penyakit orang tua itu nanti mengkritik yang muda,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan lagi tiga point penting yang harus dimiliki pemuda dengan membaca tiga kejadian di tiga periode. pertama tahun 90an dengan adanya globalisasi, kedua 2015 dengan adanya platform digital, dan ketiga 2019 adanya pandemi, di mana pemuda harus unggul, survive, dan punya kepedulian.
“Tahun 90an ada globalisasi, pemenngnya pihak yang unggul, yang difasilitasi yang unggul, yang tidak unggul hancur. Tahun 2015 muncul platform digital, 4.0, yang menang adalah yang bisa survive, anak muda, bahkan infrastruktur yang ada kalah dengan infrastruktur digital. kemudia 2 tahun belakangan, 2019, adanya pandemi, pemenangnya yang paling peduli. Maka pemuda harus unggul, survive, dan punya kepedulian,” tegas Syamsul kembali.
Disambung Cak ulin selaku pembicara kedua, ia mengungkapkan jumlah yang harus produktif di Indonesia itu lebih banyak daripada yang tidak lagi produktif, namun pemudanya belum maksimal. “kita yang harus produktif itu lebih banyak daripada yang harusnya tidak lagi produktif, tapi kita belum maksimal,” ujar Founder Cah Pondok itu.
Ia juga menambahkan bahwa pemuda hari ini, khususnya PMII dan pemuda NU harus memiliki kesadaran akan kekuatannya sebagai NU. “Seperti motto saya diam mematikan bergerak meresahkan kalau semuanya bersatu, fatayat, muslimat, IPNU, IPPNU, Ansor, PMII bersatu, persoalan itu selesai. Tapi hari ini kita digrogoti tidak sadar, diambil satu persatu ke kader sana kader sini, tidak sadar digembosi. hari ini masih banyak yang belum sadar kekuatan kita sebagai NU,” imbuh Cak Ulin.
Setelah penyampaian masing-masing point pembahasan Talk Show Kepemudaan, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan peserta yang hadir di tempat dan peserta yang hadir secara virtual lewat zoom. Selanjutnya acara selesai dan ditutup pada 12.30 WIB. [Yulia Aswaty]