Perubahan Logo NU Mulai dari Berwarna Merah hingga Tulisan “Ulama Nambang” Viral di Media Sosial
Berita Baru, Jakarta – Belakangan ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menjadi sorotan publik atas rencana penerimaan izin usaha tambang yang diberikan oleh Pemerintah.
Rencana terima usaha tambang oleh PBNU diketahui bermula sejak Presiden RI, Joko Widodo menekan Revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara menjadi PP Nomor 25 Tahun 2024 pada Kamis, 30 Mei 2024 lalu.
Dalam PP tersebut Presiden Jokowi memberikan karpet merah untuk ormas keagamaan mengurus usaha tambang.
Atas dasar itu, PBNU menjadi ormas keagamaan yang pertama kali mengajukan izin usaha pengelolaan Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK).
Hal ini sebagai diungkangkan Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Yuliot Tanjung yang mengatakan jika PBNU mengajukan WIUPK di wilayah Kalimantan Timur.
Meski sampai saat ini Yuliot masih memproses dan mengevaluasi layangan ajuan dari PBNU tersebut, pengajuan izin usaha tambang PBNU itu telah menuai kontroversi dari publik.
Publik kecewa dan menyayangkan keputusan yang diambil oleh PBNU untuk menerima izin usaha tambang dari pemerintah.
Banyak bentuk protes yang dilakukan publik, salah satunya yaitu netizen melihatkan perubahan logo NU menjadi “Ulama Nambang (UN)” yang identik dengan simbol Rupiah dan telah viral di media sosial melalui akun X @hipohan, pada Selasa (18/6/2024).
Diketahui pemilik akun X tersebut adalah Lukman Simandjuntak yang merupakan seorang Pegiat sosial. Pada postingannya tersebut terdapat gambar UN sebagai pelesetan logo NU, kemudian gambar bintang-bintang diubah menjadi Rupiah dan bagian bola dunia diganti ekskavator.
Lebih lanjut, Lukman mengatakan secara blak-blakan bahwa, pihak yang mungkin disalahkan berasal dari kelompok elite di PBNU.
“Siapa yang salah? Ya elit PBNU lah, kenapa malah menjauh dari umat dan memilih umara,” jelasnya diakun X pribadinya.
Adapun pelesetan logo NU menjadi UN diketahui berawal dari media sosial X @pasifisstate yang mengunggah gambar NU diidentikkan warna hijau menjadi merah disertai adanya logo Rupiah dan ekskavator. Unggahan tersebutpun mengundang banyak komentar dari netizen lainnya yang menyanyangkan keputusan PBNU.
Melihat gemparnya kritikan netizen terhadap PBNU melalui logo tersebut, Bendahara PBNU Sumantri Suwarno menyayangkan terhadap ulah netizen yang dinilai sudah di luar batas itu.
Menurut Sumantri, netizen sudah kelewatan dengan mengubah logo NU yang sangat sakral dan merupakan hasil kesepakatan para kiai serta menjadi kebanggaan warga NU tersendiri.
“Dalam bendera NU, warga negara juga jadi bagian dari penjaga Indonesia hingga hari ini. Kebencianmu jika ada, bisa salah alamat,” kata Sumantri dalam keterangan tertulisnya, pada Selasa (18/6/2024) dikutip dari tvOnenews.com.
Sumantri memahami jika banyak publik yang kecewa terhadap keputusan NU yang ingin berencana mengambil tawaran WIUPK sejak memilih wilayah di Kalimantan Timur dan mewajarkan kritik yang diberikan publik atas kebebasan demokrasinya.
Kendati demikian, ia menyebut jangan sampai kritikan kepada NU terutama para elite PBNU sampai di luar batas, seperti merubah logo yang sudah dibentuk dan menjadi kebanggaan jutaan warga NU.
“Kritik gagasan dan keputusan PBNU, jangan ditabrak di luar itu,” tuturnya.
Selain itu, iapun berpesan kepada publik untuk melihat sejarah yang sudah diperjuangkan oleh NU untuk memiliki puluhan ribu pesantren hingga membantu dalam memajukan pendidikan bidang keagamaan di Indonesia.
“Melihat sejarah itu, tidak pas jika mengolok-olok NU,” tegas Sumantri.