APPM: Piala Adipura Terombang-ambing di Tengah Lautan Sampah
Berita Baru, Banyuwangi – Seperti diketahui bersama, Kabupaten Banyuwangi sukses memboyong piala Adipura ke pangkuan Bumi Blambangan tercinta, pun demikian dengan piagam Adipura yang berhasil digondol TPST 3R Tembokrejo.
Capaian luar biasa itu, tentu sebuah validasi spektakuler bagi insan peduli kebersihan dan tata kelola Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Banyuwangi.
Ironisnya, jauh dari hiruk pikuk arak-arakan Piala Adipura, di pelabuhan Muncar yang notabene merupakan penghasil ikan terbesar kedua di Indonesia pada masanya persoalan sampah menjadi momok bagi masyarakat setempat.
Masyarakat yang berada di kawasan pesisir, seperti dipaksa untuk hidup berdampingan dengan sampah. Kendati telah berevolusi menjadi kawasan industri perikanan hal itu tak menjadi jaminan aspek-aspek dasar kehidupan masyarakat terpenuhi. Sederhananya saja, untuk bernafas saja mereka harus pasrah berbagi oksigen dengan polusi dari pabrik ikan.
Alih-alih kelestarian laut terjamin kelestariannya keberadaan pabrik ikan beberapa diantaranya justru membuang limbah sisa produksi ke laut, Jauh panggang dari api memang.
Potret ‘jomplang’ inilah yang mendasari Aliansi Pemuda Peduli Masyarakat (APPM) untuk hadir di tengah-tengah siklus buntu dan tanpa solusi itu. “Meski APPM bukan menjadi solusi penumpukan sampah di laut Muncar namun kami berusaha hadir ditengah keterpurukan harapan masyarakat,” ungkap Rofiq Azmi, Kamis (28/3/2024).
Ketua APPM itu sadar betul, kehadiran organisasinya tak cukup mampu menjamin kebersihan di pesisir pantai Muncar. Namun ia berharap, kehadirannya dapat menyalakan harapan masyarakat sekitar tetap menyala.
“Masyarakat tidak boleh pasrah dengan keadaan, sikap apatis terlebih pada kebijakan pemerintah harus benar-benar di jauhi. Agenda kami saat ini lebih bertumpu pada sikap optimis bahwa pada kesempatan nanti hidup berdampingan dengan sampah hanya menjadi angan belaka,” tutupnya.